Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7.826 CPNS Diterima Kemenristekdikti, Ini Kunci Sukses "ASN 4.0"

Kompas.com - 03/05/2019, 17:27 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir memberikan pembekalan dan orientasi kepada Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) baru di lingkungan Kemenristekdikti TA. 2018 di ruang Auditorium, Gedung D Kemenristekdikti, Jakarta (2/5/2019).

Kemenristekdikti sudah mengumumkan seleksi penerimaan PNS dengan jumlah formasi dibuka sebanyak 8.772 untuk dosen dan 920 untuk tenaga pendidikan, pelamar yang mendaftar sebanyak 62.593 orang untuk mengisi formasi tersebut.

Dari pelamar tersebut 42.725 lolos administrasi, kemudian diuji untuk kompetensi dasar dan kompetensi bidang dan lulus sebanyak 7.826.

Cegah radikalisme ASN

Kepada para CPNS baru, Menteri Nasir mengatakan syarat utama menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kemenristekdikti harus memiliki rasa cinta tanah air dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Baca juga: “Soft Skill”, Modal yang Tak Bisa Ditawar pada Era Disrupsi Digital

"ASN Kemenristekdikti adalah orang pilihan yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, cinta tanah air, NKRI, UUD 1945 dan Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika," ujar Menristekdikti kepada 312 CPNS baru yang merupakan bagian dari 7.826 CPNS yang diterima Kemenristekdikti terima tahun ini.

Menristekdikti menjelaskan ASN memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa.

Selain itu ASN memiliki peran sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Menteri Nasir tidak ingin muncul bibit-bibit intoleransi, radikalisme apalagi berkembangnya paham separatisme dan ingin mendirikan negara khilafah yang tidak sesuai dengan semangat NKRI di kalangan para CPNS Kemenristekdikti.

“Bagi yang tidak memiliki rasa cinta tanah air, nasionalisme, UUD 1945 dan semboyan Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika tidak diperkenankan menjadi pegawai di Kemenristekdikti, silahkan mengundurkan diri, ” tegas Nasir.

ASN era Industri 4.0

Menteri Nasir menambahkan bahwa tantangan menjadi ASN di era Revolusi Industri 4.0 sangat berbeda dengan ASN/ PNS di zaman dahulu.

Oleh karena itu CPNS baru Kemenristekdikti harus mampu menjadi ASN 4.0 yang mampu memanfaatkan perkembangan teknologi untuk memberikan pelayanan publik optimal terhadap masyarakat. Tujuannya untuk birokrasi bersih, kompeten dan melayani.

"CPNS saat ini merupakan Gen-Y yaitu generasi yang berinovasi yang harus cepat belajar dan pintar, kritis, bekerja mobile, melek teknologi, mudah bergaul, selektif memilih pemimpin, berorientasi pada tim, suka tantangan besar, dan tidak terintimidasi oleh atasan/senior," tutur Menristekdikti.

Menteri Nasir mengingatkan CPNS baru untuk memiliki visi yang jauh ke depan. CPNS baru tidak hanya siap untuk melaksanakan tugas, namun juga memiliki perencanaan yang baik untuk pengembangan kompetensi diri. Menteri Nasir menantang CPNS baru yang belum kuliah S2 dan S3 harus melanjutkan studi nya dengan target 5 tahun kedepan harus menjadi doktor.

Kemenristekdikti merupakan Kementerian dengan jumlah pendaftar seleksi CPNS nomor 2 di Indonesia. Status akhir seleksi CPNS dalam angka yaitu jumlah pelamar sebanyak 62.593, yang lulus seleksi tahap akhir sebanyak baik ditempatkan di Unit Utama maupun Perguruan Tinggi dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com