KOMPAS.com - Sekolah HighScope Indonesia (SHI) menyelenggarakan acara Business Day setiap tahun melibatkan semua siswa. Kegiatan ini digelar untuk menumbuhkan jiwa dan nilai-nilai wirausaha sehingga mereka memiliki kemampuan dan pola pikir tersebut sejak dini.
Business Day tahun ini mengambil tema "Sustainability: a Maker Culture”. Tema ini dipilih agar siswa mampu memanfaatkan barang-barang bekas atau sampah di sekitar menjadi benda lebih berguna dan bernilai komersial.
Para siswa diwajibkan membuat produk dari hasil karya mereka sendiri menggunakan bahan-bahan daur ulang, kemudian menjualnya kembali. Produk itu ada yang berupa recycle dan upcycle.
Maksud dari recycle yaitu mendaur ulang barang-barang bekas atau sampah yang sudah tidak terpakai, sedangkan upcycle yakni memanfaatkan dan mengubah benda-benda tersebut menjadi lebih bermanfaat.
“Esensi dari Business Day adalah untuk membangun jiwa kewirausahaan. Tujuannya agar anak-anak menjadi orang yang membuat produk, bukan hanya membeli, serta bisa menghasilkan, bukan hanya konsumtif,” jelas Elementary and Middle School Vice Principal Sekolah Highscope Indonesia TB Simatupang Iko Septo Nugroho saat ditemui Kompas.com di kantornya, Jakarta, Rabu (19/6/2019).
Baca juga: Kisah Toleransi Murid-murid SD Kristen yang Jadi Tuan Rumah Buka Puasa Siswa Madrasah
Dia mengatakan, pengalaman dijalani anak-anak saat ini menjadi bekal kehidupan pada masa mendatang. Mereka memiliki pengetahuan bahwa profesi itu tidak hanya sebagai karyawan, tetapi ada juga pengusaha yang bisa menciptakan peluang kerja.
Proses itu bisa dimulai dari mencari ide memanfaatkan barang bekas, mengolah dan mengubahnya, lalu membuat proposal bisnis mengenai barang yang akan dijual.
“Sekolah jadi laboratorium. Ada proposal bisnis yang dibuat, simpel sekali, mulai dari apa yang mau dijual, mereka buat sendiri. Mereka buat barang itu karena sudah tanya ke teman-teman dan orang tua sendiri. Jadi mereka survei sederhana,” kata Iko.
Dia pun menuturkan bahwa setiap perhelatan Business Day mempunyai fokus masing-masing. Adapun fokus pada tahun ini yaitu tentang sustainability atau berkelanjutan.
Maksudnya untuk membangun kesadaran dan tanggung jawab sedari awal tentang konsep berkelanjutan, misalnya tidak memakai barang terbuat dari plastik, melakukan recycle dan upcycle baik melalui buatan tangan sendiri maupun bantuan teknologi mesin.
“Ada beberapa keyword yang disampaikan. Tema besarnya sustainability, yaitu no single use of plastic, serta upcycle and recycle product. Aktivitas ini malah lebih mungkin dilakukan oleh anak-anak, misalnya botol yang dipotong lalu dihias jadi tempat pensil,” jelasnya.
Sementara itu, Elementary and Middle School Principal Sekolah Highscope Indonesia TB Simatupang Hani Amalia menuturkan, tema sustainability ini berhubungan dengan Earth Day yang dperingati setiap tanggal 22 April.
Dari situlah siswa melihat apa yang sedang terjadi di dunia bahwa sekarang ini kegiatan ekonomi sudah beralih ke produk-produk yang berkelanjutan dan ramah llingkungan.
“Pelaku industri sudah lihat ke arah sana. Bagaimana membuat produk yang ramah lingkungan, itu yang diangkat dan dikaitkan dengan yang kami punya sebaga maker culture. Jadi budaya produksi dikaitkan dengan menjaga lingkungan,” ujar Hani.
Kegiatan kali ini pun berbeda dari acara jual beli produk yang biasa dilakukan di sejumlah sekolah, di mana pada umumnya anak-anak hanya menjual makanan dan minuman, tanpa ada makna khusus yang disampaikan.
“Pergeseran tema ini karena fenomena perhatian terhadap lingkungan lewat event Earth Day. Jadi kita lebih sadar lingkungan, latihan dengan melihat kebutuhan lingkungan seperti apa. Anak-anak sebagi pelaku bisnis akan berbuat apa untuk mengurangi masalah tersebut,” imbuh Hani.
Adapun Business Day 2019 menitikberatkan hal yang berbeda-beda di setiap tingkat. Siswa di kelas K (Kindergarten) dan kelas I SD fokus pada jual beli, sedangkan kelas II dan III ditambah pengertian tentang keuntungan dari penjualan.
Kemudian, siswa kelas IV dan V mulai menerapkan cara untuk meningkatkan potensi bisnis ramah lingkungan dan memperoleh keuntungan, tetapi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Untuk siswa kelas VI dan VII SMP sudah bisa membuat suatu perusahaan yang menjual produk atau jasa berkelanjutan setelah mereka melakukan analisis pasar. Sementara siswa kelas VIII dan IX berperan sebagai “pemerintah” yang mengatur para pelaku perekonomian.
Para pelaku itu adalah peran pengusaha yang dijalankan oleh siswa tingkat K sampai VII dengan bisnisnya masing-masing. Ada pula peran rumah tangga yang dlakukan oleh para pengunjung, yaitu orang tua, guru, dan staf sekolah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.