Salah satu upaya mengenalkan budaya yang jelas adalah, pada setiap satu segmen cerita tarian dan atraksi, selalu diakhiri dengan penjelasan, tentang kehidupan di Taiwan.
Mulai dari kehidupan di perdesaan hingga perkotaan. Para pencerita, semua pemuda, yang menceritakan bagaimana harmoni hidup di tempat mereka berasal.
Tak cuma soal kehidupan di sejumlah tempat, namun juga dijelaskan siapa saja yang mendiami Taiwan, dengan 16 suku yang tersebar.
Soal jumlah suku, Kepala TETO John Chen berseloroh soal keberagaman suku di Taiwan.
“Seingat saya dulu, waktu saya belajar di sekolah, masih sembilan (suku),” ujarnya sambil tertawa kecil, saat ditemui usai acara.
Tapi yang terbesar ada 4, yakni suku asli, yang disebut pencerita, sebagai aborigin, minhan, hakka dan han.
Pada sebuah sessi, seorang pemain sirkus berkisah tentang para pemuda Taiwan berprestasi di bidang olahraga, budaya, serta ilmu pengetahuan.
Semua penjelasan para pemain, seperti memberikan pesan, bahwa kehidupan masyarakat Taiwan sejahtera dan damai. Dan pernyataan tersebut seolah menegaskan tentang eksistensi Taiwan.
Setelah sesi penjelasan terakhir, penampilan tarian kontemporer disajikan. Sambil berdansa, para pemain menyiapkan peralatan untuk atraksi penutup.
Sebuah tiang berbentuk segitiga dengan sehelai kain lebar dan panjang di tengahnya. Pagelaran selama 75 menit tersebut ditutup dengan atraksi pemuda yang bergelantungan dengan kain tersebut.