Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unik, Taiwan Pilih Sirkus sebagai Bentuk Diplomasi Budaya

Kompas.com - 01/07/2019, 19:25 WIB
Kurniasih Budi

Penulis

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat mendengar istilah sirkus, tak jarang masyarakat umum berpikir soal beruang naik sepeda, manusia berjalan di atas tali, berayun, atau badut mengayuh satu roda.

Aksi-aksi tersebut merupakan tipikal sirkus yang dipromosikan oleh dunia Barat. Asia memiliki sirkus yang unik, seperti halnya yang disajikan kelompok sirkus asal Taiwan.

Pada Kamis (27/6/2019) lalu, kelompok Formosa Circus Art yang terdiri atas 11 orang muda, 7 lelaki dan 4 perempuan menyajikan pertunjukan yang berbeda di Jakarta.

Sirkus yang ditampilkan para pemuda Taiwan bertajuk "The Heart of Asia" itu dirancang dengan jalan cerita yang apik. Aksi panggung mereka pun ditata dengan koreografi yang cukup menawan.

Gerakan seperti jurus bela diri berbaur dengan tata musik dan pencahayaan teatrikal, menghipnotis penonton untuk larut dalam kisah yang ditampilkan.

Atraksi anak-anak muda berusia 20-an tahun tersebut memang membutuhkan kelenturan dan kekuatan sekaligus.

Para penampil membawakan gerakan seperti balet, dengan tangan yang menopang tubuh dalam posisi terbalik.
 
Pada suatu sessi, tangan pemain menopang tubuh bukan di atas lantai. Namun, di atas kursi yang disusun bertingkat tujuh. Salah satu pemuda menopang dengan tangan di pucuknya, lalu ia mengangkat kedua kakinya ke atas.

“Itu yang paling menarik,” ujar Yopi, seorang mahasiswa pasca-sarjana.

Atraksi lain yang menarik, menurut dia, adalah tarian yang menggambarkan keceriaan di pedesaan.

“Saat empat orang memakai tiga caping bergantian,” imbuh dia.

Memang, bukan penampilan yang seluruhnya membutuhkan keahlian unik seperti sirkus yang biasanya ada di benak masyarakat umum. Namun, pertunjukan tersebut justru diapresiasi penonton.

Apalagi, para pemain berupaya untuk berinteraksi dengan mengajak penonton terlibat di atas panggung dan ikut bertepuk tangan seiring hentakan musik.

Formosa Circus Art menampilkan The Heart of Asia di Nusa Indah Theater, Balai Kartini, Jakarta, Kamis (27/6/2019)Dok. Humas TETO Formosa Circus Art menampilkan The Heart of Asia di Nusa Indah Theater, Balai Kartini, Jakarta, Kamis (27/6/2019)
Layar dibuka pertama kali dengan nyanyian berdialek salah satu suku yang hidup di Taiwan. Sembilan orang memainkan bola kristal, baik secara individu maupun kelompok, diiringi nyanyian tersebut.

Pertunjukan ini merupakan salah satu langkah Taipei Economic and Trade Office (TETO) atau Kantor Perdagangan dan Ekonomi Taipei, mengenalkan budaya Taiwan kepada masyarakat global.

Setelah tampil di Jakarta dan Surabaya, kelompok sirkus tersebut menyajikan aksinya di Chennai dan New Delhi, India.

Salah satu upaya mengenalkan budaya yang jelas adalah, pada setiap satu segmen cerita tarian dan atraksi, selalu diakhiri dengan penjelasan, tentang kehidupan di Taiwan.

Mulai dari kehidupan di perdesaan hingga perkotaan. Para pencerita, semua pemuda, yang menceritakan bagaimana harmoni hidup di tempat mereka berasal.

Tak cuma soal kehidupan di sejumlah tempat, namun juga dijelaskan siapa saja yang mendiami Taiwan, dengan 16 suku yang tersebar.

Sirkus Formosa membawakan The Heart of Asia di Nusa Indah Theater, Balai Kartini, Jakarta, Kamis (27/6/2019)Dok. Humas TETO Sirkus Formosa membawakan The Heart of Asia di Nusa Indah Theater, Balai Kartini, Jakarta, Kamis (27/6/2019)

Soal jumlah suku, Kepala TETO John Chen berseloroh soal keberagaman suku di Taiwan.

“Seingat saya dulu, waktu saya belajar di sekolah, masih sembilan (suku),” ujarnya sambil tertawa kecil, saat ditemui usai acara.

Tapi yang terbesar ada 4, yakni suku asli, yang disebut pencerita, sebagai aborigin, minhan, hakka dan han.

Pada sebuah sessi, seorang pemain sirkus berkisah tentang para pemuda Taiwan berprestasi di bidang olahraga, budaya, serta ilmu pengetahuan.

Semua penjelasan para pemain, seperti memberikan pesan, bahwa kehidupan masyarakat Taiwan sejahtera dan damai. Dan pernyataan tersebut seolah menegaskan tentang eksistensi Taiwan.

Setelah sesi penjelasan terakhir, penampilan tarian kontemporer disajikan. Sambil berdansa, para pemain menyiapkan peralatan untuk atraksi penutup.

Sebuah tiang berbentuk segitiga dengan sehelai kain lebar dan panjang di tengahnya. Pagelaran selama 75 menit tersebut ditutup dengan atraksi pemuda yang bergelantungan dengan kain tersebut.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com