KOMPAS.com - Konferensi ilmiah ‘gambar bergerak’ IMOVICCON telah dilaksanakan pada tanggal 2-3 Juli 2019 bertempat di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Tangerang.
Selain praktisi dan akademisi, dalam konferensi yang merupakan kerjasama antara Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan Universitas Pelita Harapan (UPH) ini hadir juga mahasiswa yang mempresentasikan karya mereka.
Dua karya mahasiswa memperlihatkan perhatian besar generasi muda terhadap budaya dan sejarah Indonesia yaitu film “Bulikan” dan film animasi “Bako”.
“Bulikan” yang artinya “pulang” dalam bahasa Banjar Samarinda merupakan judul sebuah film pendek yang bercerita mengenai perlakuan diskriminasi dirasakan keluarga etnis Cina Hokchia di kota Samarinda Kalimantan Timur pada era orde baru.
Baca juga: UMN Gelar Konferensi Gambar Bergerak Pertama di Indonesia
Film ini dibuat oleh mahasiswi Universitas Pelita Harapan (UPH) peminatan Sinematografi angkatan 2015, yaitu Olivia Nursalim, Adeline G. Wirawan dan Jessica C. Margono
Film “Bulikan” terinspirasi dari apa yang terjadi pada keluarga salah satu pembuat film sehingga proses pencarian data dan informasi menjadi cukup akurat dan otentik.
Dibuat dengan setting latar belakang tahun 1977-1978 di kota Samarinda, “Bulikan” memperlihatkan bagaimana kondisi keluarga etnis minoritas di Kalimantan pada jaman itu sehingga secara visual dapat menampilkan nostalgia era 70-an.
Selain itu, dengan cerdik pembuat film juga mencoba memperkenalkan berbagai budaya dan kuliner khas etnis Hokchia di dalam film. Hal ini sesuai dengan harapan pembuat film yang juga ingin generasi muda sekarang dapat mengenal sejarah etnis Cina di Indonesia pada era tersebut.
Karya lain dari mahasiswa yang dipresentasikan dalam konferensi ini adalah sistem otomasi animasi pada karakter di film “Bako”. Sistem otomasi ini dibuat mahasiswi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) peminatan Animasi angkatan 2015, yaitu Chanel Maria Novela.
Dalam film ini otomasi animasi diterapkan pada karakter yang memainkan alat musik tradisional Sasandu khas Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pemilihan alat musik tradisional Sasandu sebagai projek dalam karya ini mendapatkan apresiasi yang tinggi dari peserta konferensi. Apabila sistem otomasi ini berhasil, maka kedepannya gerakan karakter dalam memainkan alat musik dapat dilakukan secara otomatis menyesuaikan dengan notasi dari lagu apapun yang akan digunakan.
"Dua karya mahasiswa ini menunjukkan perhatian yang besar dari generasi muda khususnya mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan Universitas Pelita Harapan (UPH) terhadap sejarah dan budaya Indonesia," jelas Bisma Fabio Santabudi dari Film Dept.
Bisma menambahkan, "Sesuatu yang saat ini mungkin sudah jarang ditemui dari generasi muda di era borderless society ini di mana pengaruh budaya luar semakin kuat."
Konferensi IMOVICCON berikutnya akan diselenggarakan tahun 2021 dengan Universitas Pelita Harapan (UPH) sebagai penyelenggara konferensi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.