KOMPAS.com – Layanan bimbingan belajar (bimbel) secara daring kini banyak tersedia. Salah satunya yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Rumah Belajar.
Layanan ini disediakan Kemendikbud secara gratis. Di Rumah Belajar, semua orang bisa mengakses berbagai materi pembelajaran.
Pada laman resmi Rumah Belajar, belajar.kemdikbud.go.id, terdapat 8 fitur utama seperti Sumber Belajar, Buku Sekolah Elektronik, Bank Soal, Laboratorium Maya, Peta Budaya, Wahana Jelajah Angkasa, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, dan Kelas Maya.
Untuk bahan belajar, Rumah Belajar tidak hanya menyediakan dalam format yang monoton, tetapi juga bersifat interaktif dengan bantuan media pendukung seperti gambar, video, animasi, dan sebagainya.
Kepala Subbidang Aplikasi dan Pengendalian Kemendikbud Hendriawan Widiatmoko, Rabu (17/7/2019) siang, mengatakan, Rumah Belajar mulai dirintis Kemendikbud sejak 2008 dan secara resmi diluncurkan 3 tahun setelahnya.
Awal berdiri
Hendriawan menyebutkan, Rumah Belajar menjadi pengembangan program Kemendikbud dalam hal memberikan media pendidikan kepada masyarakat.
“Kalau dulu ada lewat CD-CD pembelajaran yang kita berikan ke sekolah-sekolah. Mulai 2008 kami rintis, 2011 kami launching Rumah Belajar, jadi konten yang tadinya masih dalam bentuk CD, dalam bentuk media pembelajaran yang lain, itu kita online-kan lewat web,” kata Hendriawan.
Hendriawan mengatakan, ada dua hal utama yang menjadi tujuan program Rumah Belajar dari Kemendikbud. Pertama, akses materi pembelajaran yang lebih luas dan mudah.
“Karena kan kalau dengan CD kami membagikan jumlahnya terbatas, jadi kita online kan. Jadi kami berharap Rumah Belajar ini bisa diakses oleh siapa saja, dari mana saja,” kata Hendriawan.
Kedua, meningkatkan kemampuan para pengajar untuk beradaptasi dengan teknologi sehingga proses belajar-mengajar bisa berjalan sesuai dengan perkembangan zaman.
“Kita berharap Rumah Belajar itu, mengutamakan peran guru supaya benar-benar bisa optimal. Tadinya kan mungkin ada tanggapan ‘wah guru-guru kita kurang update'. Nah stigma seperti itu coba kita hilangkan," ujar dia.
Semua materi pembelajaran yang terdapat di Rumah Belajar berasal dari Kemendikbud, terutama yang ada di fitur Sumber Belajar.
Materi-materi itu mencakup untuk jenjang sekolah PAUD, SD, SMP, hingga SMA dan SMK.
“Untuk materi di Sumber Belajar, materi semua kita supply dari Kemendikbud, tapi kita juga punya konten yang dikirim dari kontributor,” ujar Hendriawan.
Hendriawan menyebutkan, materi-materi itu selalu diperbaharui sesuai dengan kurikulum pembelajaran yang berlaku saat ini, yakni Kurikulum 2013.
“Kalau dari sisi konten, kami selalu mengikuti. Makanya kalau diperhatikan ada beberapa konten yang masih mengikuti kurikulum lama, 2006. Ada juga konten-konten baru yang sudah mengikuti kurikulum 2013,” kata dia.
Semua materi ini bebas diakses dan diunduh oleh siapa pun tanpa perlu melakukan registrasi. Dengan demikian, materi yang tersedia di laman online bisa tetap diakses secara offline jika tidak memiliki jaringan internet yang mendukung.
Salah satu fitur yang ada di dalam Rumah Belajar adalah Kelas Maya. Di sana, guru dan murid dapat melakukan interaksi pembelajaran melalui jaringan internet.
Sistem yang berlaku di Rumah Belajar, guru-guru dari berbagai macam sekolah akan diajarkan secara offline bagaimana menggunakan Kelas Maya di Rumah Belajar.
“Kita melatih guru-guru di seluruh Indonesia, kita punya perwakilan di setiap provinsi, kita sebut sebagai Duta Rumah Belajar. Kemudian mereka kita coba untuk bisa membimbing siswanya menggunakan Kelas Maya Rumah Belajar, secara online,” kata Hendriatmo.
Namun, Kelas Maya tetap terbuka untuk semua kalangan meski tidak ada gurunya yang membuka kelas belajar di sana.
“Ada beberapa guru-guru yang mungkin volunteer mau sharing materi dia untuk siswa-siswa di daerah lain,” ujarnya.
Perbedaan pertama antara Rumah Belajar dan berbagai bimbingan belajar online berbayar di luar sana adalah dalam hal pembiayaannya.
Rumah Belajar dapat dinikmati oleh siapapun secara gratis tanpa biaya sedikit pun.
Sementara, perbedaan selanjutnya terletak pada konsep awal yang diusung, yakni tujuan untuk meningkatkan kapasitas guru di sekolah-sekolah agar dapat mengajar sesuai dengan perkembangan teknologi, tidak hanya di ruang kelas dengan menerapkan cara konvensional.
“Kami lebih mengutamakan pada pemberdayaan guru, supaya guru lebih kreatif, lebih inovatif. Jadi guru-guru yang biasa mengajar di dalam kelas masih konvensional, kita ajak gimana caranya supaya belajarnya lebih menarik untuk siswa-siswa di sekolahnya,” ujar Hendriawan.
Dalam statistik Kelas Maya yang ada dalam web, diketahui program dengan jargon “Belajar di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja" ini sudah diikuti oleh 74.543 siswa dan 14.829 guru aktif di dalamnya.
Jumlah itu belum termasuk dengan pengakses yang tidak melakukan proses registrasi. Artinya, mereka yang hanya mengakses fitur-fitur yang tidak membutuhkan registrasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.