KOMPAS.com - Ada beragam cara sekolah memacu siswa dalam mencapai potensi akademik terbaiknya. Namun Pribadi Bilingual School Bandung meyakini, pendidikan karakter dan peran serta orangtua menjadi dua kata kunci dalam mengoptimalkan minat dan bakat siswa.
"Kami meyakini pendidikan karakter menjadi pondasi dasar siswa. Jika karakter siswa baik maka siswa akan mudah mengoptimalkan potensi yang mereka miliki. Tambahan dukungan orangtua, hal ini akan makin memotivasi pembelajaran siswa," ujar Kanibek Umtov, Management Advisor dari yayasan Pribadi School.
Hal senada ditegaskan Kepala Sekolah Pribadi School Rahmat Hidayat. "Dalam pendidikan antara sekolah dan orangtua harus seiring sejalan."
"Guru memiliki peran sebagai konselor sekaligus pengganti orangtua di sekolah. Tugas ini berat kalau dilihat secara normatif," ujarnya.
Ia menambahkan, pendekatan yang dilakukan tidak lagi konvesional di depan kelas melainkan turut mendampingi anak dalam pembelajaran dan keseharian di kelas atau sekolah.
"Dalam pendidikan karakter yang dibutuhkan adalah realisasi dari perilaku seperti santun, membuang sampah pada tempatnya, menghormati lawan jenis, menjaga martabat. Nilai-nilai universal inilah yang kita diperjuangkan," tegas Hidayat.
Baca juga: Pameran Ilmiah SPH: Mendorong Inovasi Siswa lewat Pembelajaran 4.0
Guna mendekatkan hubungan antara sekolah dan orangtua, Pribadi School memiliki program kunjungan orangtua di mana minimal sekali dalam setahun secara khusus guru bertemu orangtua untuk mengenal keluarga lebih dekat.
"Meski orangtua ada yang berasal dari Kalimantan atau Sulawesi misalnya, kami tetap melakukan kunjungan. Karena dari program ini biasanya kami menemukan banyak hal dan dapat menemukan gambaran siswa secara utuh. Lebih kompleks dan apa adanya. Hal ini menjadi catatan kami untuk mendampingi anak secara spesifik nantinya," cerita Hidayat.
Siswa mengikuti sekolah formal pada pagi hari kemudian sore hingga malam sebagian siswa kembali ke asrama. Setelah waktu pribadi sepulang sekolah, siswa memiliki kesempatan untuk belajar mandiri setelah makan malam hingga malam. Sebelum tidur, siswa mendapatkan pendalaman pendidikan karakter dari guru pendamping.
Dengan metode ini, pendidikan karakter dan pendampingan akademik dapat dilakukan secara lebih optimal. "Guru pendamping di asrama dapat membantu siswa jika masih ada hal yang belum dipahami siswa saat di sekolah," cerita Laude Raju siswa yang tinggal di asrama putera.
Selain optimalisasi pendidikan akademik dan karakter, pola pendidikan melalui asrama ini juga mengajarkan anak akan makna perbedaan sehingga jauh dari kesan perundungan atau bullying. "Kegiatan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kompetisi antar angkatan. Di sini kakak kelas justru mendampingi dan menjaga adik kelas," jelas Hidayat.
"Justru kami di sini belajar untuk menerima perbedaan. Menambah teman dan juga saudara dari berbagai kalangan tanpa melihat perbedaan agama dan suku," kata Ratu salah satu siswi.
Pola pembelajaran inovatif yang diaplikasikan Pribadi School mendorong siswa meraih capaian prestasi internasional. Beberapa di antaranya raihan 2 emas untuk Olimpiade Fisika Internasional 2018, 1 emas Olimpiade Matematika Asia, 2 emas dalam Forum Penemu Muda Sains Internasional 2019.
Prestasi terbaru diraih melalui raihan perak untuk tim Olimpiade Biologi Internasional 2019 dan juga Olimpiade Matematika Asia 2019.
"Kami percaya proses pembelajaran menjadi kunci yang membesarkan siswa apapun intake atau potensi awal siswa yang beragam. Tidak harus sains, siswa memiliki banyak chanel untuk mengembangkan minat dan bakat misal seni," ujar Awan guru pendamping siswa olimpiade.
Melalui kurikulum Cambridge berbasis project siswa didorong untuk mencapai tingkat pembelajaran tertinggi. "Siswa bukan hanya bisa mengingat tapi juga memahami, implementasi kemudian mampu mengevaluasi dan mampu menciptakan sesuatu atau creating," jelas Awan.
Implementasi di kelas dilakukan dengan melakukan pemetaan pada siswa di kelas untuk kemudian siswa dikelompokan dalam grup yang merata dari sisi kemampuan. "Harapannya, siswa yang lebih dulu paham dapat membantu temannya. Sebaliknya, siswa yang belum jelas tidak malu bertanya kepada temannya," ujar Awan.
"Di kelas kita mencoba pembelajaran anak sampai pada kemampuan akhir yakni mencipta. Misal tahapan mulai menjelaskan, kemudian membuat mind map, penggunaan flash card, hingga evaluasi hingga memahami dan mencari solusi masalah yang terjadi dalam masyarakat," tambahnya.
Ia menjelaskan guru secara rutin mendapatkan pelatihan, baik melalui sharing antar guru yang dilakukan secara rutin di sekolah maupun mengikuti berbagai workshop di luar sekolah.
"Guru saat ini tidak lagi menjadi sumber pengetahuan siswa, sehingga guru perlu meningkatkan diri agar mampu menjadi motivator dan inspirasi bagi siswa dalam pembelajaran di kelas," ujar Hidayat.
Ia menambahkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara di mana guru menjadi teladan, pendamping dan juga pemberi inspirasi/pendorong diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan era revolusi industri 4.0.
"Dengan kompetensi guru yang inovatif dalam pembelajaran dan juga peran aktif orangtua dalam proses pendidikan anak, diharapkan kita dapat lulusan-lulusan dengan kemampuan berpikir kritis, kreatif, mampu berkomunikasi dan berkolaborasi dengan karakter yang baik," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.