JAKARTA, KOMPAS.com — Nama Kampung Ilmu resmi disematkan untuk kompleks pendidikan modern di Desa Cisarua, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta. Berdiri di lahan seluas 50.407 meter persegi, tempat ini akan menjadi ruang integrasi antara pendidikan formal dan informal.
Proyek pembangunan kompleks pendidikan itu tak lepas dari peran NS BlueScope, sebuah perusahaan industri baja lapis. Program yang digagas oleh sosiolog Universitas Indonesia, Imam Prasodjo, itu dianggap sejalan dengan program sosial BlueScope yang mengarus-utamakan pendidikan dan bangunan publik secara jangka panjang.
"Setelah mendengar rancangan program inovatif dari pak Imam, kami lagsung terlibat di dalamnya. Tak hanya membangun gedung sekolah, tapi beragam infrastruktur desa juga dibangun dengan melibatkan warga," papar Yan Xu, Presiden Direktur NS BlueScope Indonesia, kepada wartawan di Jakarta, Rabu (21/8/2019).
Penyematan nama Kampung Ilmu itu sendiri adalah istilah dari kompleks pendidikan modern yang berawal dari pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Tegalwaru. Gedung sekolah ini lalu dirancang terintegrasi dengan pusat-pusat pembelajaran komunitas informal di sekitarnya.
"Dengan harapan tumbuhnya wirausahawan desa berjiwa mandiri di sini yang mampu melakukan inovasi di berbagai bidang. Sejumlah fasilitas lain yang juga sedang dibangun di antaranya empat kelas belajar-mengajar, satu ruang guru, laboratorium, ruang workshop, lapangan olahraga, dua asrama guru, aula serbaguna, perpusatakaan, dan beberapa lainnya," ujar Yan.
Yan menjelaskan, desain master plan dan arsitektur bangunan ini dirancang tahan gempa oleh para relawan insinyur sipil muda dan tim arsitek Andra Matin. Sebagai kesatuan dari rancangan desain, penutup atap (roofing) diambil oleh BlueScope.
Perusahaan baja tersebut berkomitmen memberikan bantuan berupa material penutup atap dan penutup lantai metal untuk 2 gedung SMKN serta penutup lantai metal untuk embung air pada gedung serbaguna.
Yan mengakui, program bantuan untuk pendidikan tersebut merupakan bentuk manifestasi dari komitmen perusahaan yang telah hadir di Indonesia sejak 1994 walaupun perusahaan tengah kesulitan mengatasi impor yang bak tsunami tak kunjung henti.
Banyaknya persoalan pendidikan di wilayah terpencil di Purwakarta, Jawa Barat, mendapat perhatian dari sejumlah pihak. Salah satunya adalah Yayasan Nurani Dunia yang memiliki gagasan untuk membangun kembali gedung-gedung sekolah dan merekrut tenaga pengajar bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
"Begitu ide tersebut muncul, langsung kami sambut. Kami berharap gotong royong ini bukan cuma membangun gedung sekolah, tapi juga membangun beragam infrastruktur desa, seperti jalan, instalasi air, dan fasilitas lapangan olahraga. Seluruh warga berperan aktif dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi bersama," kata Imam Prasodjo, Ketua Pengurus Yayasan Nurani Dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.