Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Berprestasi di Ajang Peneliti Muda Dunia, Cucu Gus Dur Raih Perak

Kompas.com - 27/08/2019, 07:15 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Kemampuan peneliti remaja Indonesia berkompetisi secara global tidak dapat dipandang sebelah mata.

Tim Indonesia terdiri dari siswa SMA dan SMP dari berbagai wilayah di Indonesia berhasil menyabet 1 medali emas, 3 medali perak dan 3 medali perunggu dalam "International Conference of Young Social Scientists (ICYSS) 2019".

Kompetisi penelitian internasional remaja bidang sosial ini berlangsung di Belgrade, Serbia pada tanggal 20-26 Agustus 2019. Rencananya, Tim Indonesia akan tiba kembali ke Tanah Air pada Selasa malam, 27 Agustus 2019 pukul 18.00 WIB.

Indonesia raih 7 medali

Siswa peraih medali tersebut yakni;

1. Arnett Grady (Cita Hati Christian School West Campus Surabaya): medali emas bidang geografi lewat penelitian  “A Study to Find Solutions for Urban Floods in Citraland”.

2. Shabrina Arinka dan Maria Angelita (Tumbuh High School Yogyakarta): medali perak bidang sosiologi lewat penelitian “Fake News And Election: Through The Lens of Millennials And Gen Z” .

Baca juga: Selain Temuan Bajakah untuk Obat Kanker, Ini 4 Inovasi Siswa Indonesia

3. Steryna Ownrysher Nyoto (Cita Hati Christian School East Campus Surabaya): medali perak di bidang ekonomi lewat penelitian “Smokers Transparency Operation Protocol (STOP)”.

4. William Chandra (Cita Hati Christian School East Campus Surabaya): medali perak bidang psikologi lewat  penelitian “Media Effect on Negative Stereotyping Among High School Student” di bidang Psikologi".

5. Rafael Asa Edginius Krisdina dan Clarissa Pramesti Tiara Puteri (SMPK Santa Maria Surabaya): medali perunggu bidang sosiologi dengan penelitian “Influence of Social Media on The Learning Pattern and Academic Achievements of Adolescents: Case Study in Santa Maria Junior High School Surabaya”.

6.  Jeremy James (SMA Ciputra Surabaya): medali perunggu bidang sejarah dengan judul “Harmonization of Sunda-Jawa, Potential for The Loss of The Dinoyo Street and Gunung Sari History in Surabaya”.

7. Jacques Davidson Widodo (Cita Hati Christian School East Campus Surabaya): medali perunggu bidang geografi lewat penelitian “Exploring The Geographic Advantages in Indonesia” .

Persiapan dan pendampingan siswa Indonesia dilakukan oleh pembina dari Center for Young Scientists (CYS), STBA YAPARI ABA Bandung (Lela Susanti), dan Bandung Fe Institute (Hokky Situngkir).

Cucu Gus Dur raih perak

Hal menarik, Shabrina Arinka, cucu Presiden Indonesia keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, berhasil meraih prestasi membawa pulang perak ICYSS 2019. 

Arinka merupakan putri dari Alissa Qotrunnada Munawaroh atau Alissa Wahid yang merupakan anak pertama Gus Dur.

Hal ini nampak dari akun Instagram resmi Yenny Wahid @yennywahid yang memberikan ucapan selamat kepada Shabrina Arinka. "Congrats Dearest Arinka @constetallation @shabrinaarinka for your achievement. So proud of you, kiddo!" ujarnya.

Arinka dan temannya dari Tumbuh High School Yogyakarta, Maria Angelita meraih medali perak bidang sosiologi lewat penelitian berjudul "Fake News And Election: Through The Lens of Millennials And Gen Z" .

Penelitian ini membahas bagaimana generasi Milenial dan Gen Z melihat hubungan antara kabar bohong dan pemilu.

"Sebuah pencapaian yang luar biasa bagi Indonesia, mengingat separuh dari juara di atas masih duduk di bangku SMP, dan lomba tidak membedakan siswa SMP atau SMA," ujar Monika Raharti, Direktur Center for Young Scientists melalui rilis resminya.

Kemenangan ini, jelas Monika Rahati, menunjukan budaya penelitian di Indonesia telah tumbuh dan berkembang, bahkan mulai dari jenjang pendidikan SMP.

Peran penting guru pendamping

"(Ini) sebuah pertanda bahwa penelitian di bidang sosial sudah merasuk ke jenjang SMP, dan bahkan sudah mulai menjadi bagian dari kurikulum di berbagai sekolah. Tim Indonesia dibentuk dari seleksi berjenjang Lomba Peneliti Belia Sosial di berbagai provinsi, yang berlanjut ke lomba tingkat nasional," ujarnya.

Kepada Kompas.com (27/8/2019) Monika Raharti menyampaikan prestasi siswa telah sesuai dengan prediksi Tim Pembina karena pihaknya telah memiliki pengalaman lomba tahun-tahun sebelumnya.

"Potensi siswa kita sangat besar dalam lomba riset, mengingat potensi bahan riset yg luas di Indonesia. Hanya sayang, seringkali guru tidak cukup kompetensinya dalam membimbing riset siswa, sehingga begitu ada guru yang kompeten maka siswa-siswanya mencetak prestasi biasanya," jelas Monika.

Monika juga berharap kemenangan ini dapat memicu semangat siswa Indonesia untuk terjun ke dalam dunia penelitian, dan mendorong guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam membimbing siswa.

"Saya berharap semakin banyak siswa yang mampu berpikir kritis dan memiliki sikap ilmiah sebagai bekal studi lanjutnya di perguruan tinggi," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com