Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/09/2019, 16:11 WIB

 

KOMPAS.comKita tidak pernah tahu kapan titik balik mampu mengubah keadaan seorang. Ada siswa dulu dikenal "urakan" di kelas namun nyatanya mampu menjadi "orang sukses" di kemudian hari atau mahasiswa dengan IPK "pas-pasan" malah menjadi ilmuwan

Yang dibutuhkan hanya komitmen dan ketekunan, sehingga saat kesempatan "titik balik" itu datang kita siap untuk meraihnya.

Pengalaman inilah yang dibagikan Bagus Muljadi, ilmuwan diaspora sekaligus dosen termuda di Nottingham University, Inggris, kepada Kompas.com di sela-sela acara SCKD (Simposium Cendikia Kelas Dunia) yang digelar Kemenristekdikti di Jakarta (22/8/2019).

Bagus, sapaan akrabnya, menganggap perkara menggapai cita-cita adalah bagaimana seseorang memaksimalkan kesempatan yang datang padanya.

Memaksimalkan kesempatan

Sedari bangku sekolah hingga perguruan tinggi, Bagus tidak pernah mendapatkan predikat juara kelas, malah dirinya sempat mendapat banyak nilai merah di rapot. Setelah hidup lama di Jakarta dan akhirnya berkuliah di Bandung, ia lebih sering menghabiskan waktu bermain.

Baca juga: Sastia Prama Putri dan Perjuangan Perempuan Peneliti Diaspora Kelas Dunia

Bagus, putera Betawi kelahiran kelahiran 1 Maret 1983 ini menyadari kesalahannya ketika di masa muda kurang dewasa dalam menyikapi keadaan.

Ditambah dengan beban perkuliahan yang padat juga berat di jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung, dirinya harus mengejar ketertinggalan melalui semester pendek, dan lulus satu tahun lebih lambat dari yang seharusnya dengan IPK 2,69.

Menyadari tingginya kualifikasi perusahaan dalam menerima fresh graduate, Bagus memutuskan mengadu nasib kembali dengan berkuliah di National Taiwan University untuk meraih gelar S2 dan S3 dengan jurusan Mekanika Terapan.

Tantangan baru yang Bagus sadari ketika melanjutkan studi di luar negeri tanpa beasiswa adalah persoalan biaya. Tidak habis akal, melalui relasi yang dibangun, Bagus membiayai kuliah dari keuntungan yang ia dapat sebagai sales pompa air.

"Saya tahu kalau saya menyerah dan pulang ke Tanah Air maka semua selesai sudah. Tidak akan ada kesempatan lain. Tertutup sudah semua kesempatan. Tapi kalau saya bisa menyelesaikan ini (S2 dan S3) pintu kesempatan masih terbuka buat saya," jelas Bagus kepada Kompas.com. 

Bagi Bagus kunci kesuksesan seseorang adalah saat orang tersebut mampu memaksimalkan kesempatan, meski dibawah tekanan. 

Kesempatan tak datang dua kali

Ilustrasi. Bagus MuljadiDOK. PRIBADI/BAGUS MULJADI Ilustrasi. Bagus Muljadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+