KOMPAS.com – Berdasarkan data UNESCO dalam Global Education Monitoring (GEM) Report 2016, kualitas pendidikan di Indonesia masih menduduki peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan kualitas tenaga pekerja pendidikan itu sendiri berada di peringkat terakhir dari 14 negara berkembang lain.
Padahal, sistem pendidikan menjadi salah satu penentu kualitas dalam menghasilkan SDM unggul, hal yang menjadi fokus perhatian pemerintah saat ini.
Menjawab tantangan itu, Sinarmas World Academy (SWA) bekerja sama dengan Creative Kids (CK) Education menggelar "Science, Technology, Engineering, and Math (STEM) Competition" pada Sabtu (31/8/2019).
Dalam "SWA STEM Competition 2019" digelar beberapa lomba antara lain; mewarnai U-Art, menyusun lego untuk mengasah kreativitas, hingga kompetisi "First Lego League (FLL)".
"Acara ini bertujuan memberikan experience, engagement kepada siswa terhadap materi STEM yang selama ini dipelajari dalam bentuk konsep dan diaplikasikan secara langsung untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada di kehidupan nyata," jelas General Manager SWA, Deddy Djajaria.
Baca juga: Selain Prestasi Cucu Gus Dur, Ini 8 Inovasi Peneliti Muda Indonesia di Kancah Internasional
Ia berharap dengan kegiatan ini akan medorong generasi muda dapat memberikan solusi terhadap tantangan masa depan. "Kita berharap secara khusus akan bermunculan young Inventors and Innovators di kalangan anak muda Indonesia." ujar Deddy.
Saat ini FLL telah dilaksanakan di 96 negara dan telah dilaksanakan selama 20 tahun lebih di mana untuk Indonesia sendiri FLL memasuki tahun kedua
Ketua Pelaksana STEM Competition, Gunawan Tunas sekaligus Ketua CK Education berpendapat pendidikan di dunia sekarang ini banyak fokus pada mengajarkan anak-anak kreativitas dan teknologi.
Tidak hanya kreativitas saja yang diasah, namun juga pengetahuan akan perkembangan teknologi yang maju pesat juga perlu diajarkan kepada anak-anak.
“Saya termasuk orang yang mengatakan bahwa anak-anak tidak bisa hindari tidak bersentuhan dengan teknologi. Bukan karena canggih, tapi karena itu sudah menjadi sebuah efisiensi. Segala sesuatu menjadi efisien karena kita menggunakan teknologi,” kata Gunawan.
Karena itu, ia berharap anak-anak dapat terbiasa dengan perubahan teknologi dan mampu mengikuti, serta menggunakan dengan bijak, dan efektif.
Bukan hanya anak, perkembangan teknologi ini juga harus diperhatikan orangtua. “Bukan hanya anak sebenarnya, tapi juga orangtua bagaimana mengontrol anak menggunakan smartphone untuk kepentingan yang positif,” ujarnya.
Dengan berjalannya kompetisi, diharapkan kualitas SDM Indonesia mampu bersaing secara internasional?
Stigma anak Indonesia tidak dapat bersaing dibantah oleh Gunawan. “Pengalaman kita bawa anak lomba ke tingkat internasional, anak Indonesia kreativitas sangat tinggi, dan mereka mampu. Hanya saja mereka sering tidak berani tampil, kadang-kadang gak pede, gak bisa berkomunikasi,” jelasnya.
Hal senada disampaikan Wardiman Djojonegoro, Menteri Pendidikan Indonesia tahun 1993-1998. Menurutnya, orang Indonesia bukannya tidak mau berkompetisi, namun takut dan tidak percaya diri untuk menunjukan potensi yang dipunya.
“Orang Indonesia karena baru bangkit jadinya takut berkompetisi. Sedangkan hidup mereka nanti penuh kompetisi. Jadi, (melalui kompetisi ini) anak-anak kita dididik untuk berani bersaing, berani kalah,” ungkap Wardiman.
Bukan hanya itu, Wardiman juga menyampaikan anak Indonesia mempunyai potensi besar. Yang harus didorong adalah kesempatan mereka untuk mengembangkan potensi tersebut.
Sinergi dengan orang tua pun juga dapat berperan besar dalam pengembangan anak Indonesia yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa.
Hal ini dibuktikan "The XBOTS", salah satu kelompok peserta FLL mampu menjadi bukti nyata bahwa anak Indonesia juga dapat berprestasi di kancah internasional.
Atas dukungan orang tua, walaupun mereka masih tergolong anak-anak dan remaja muda, kelompok dengan rentang umur 12-15 ini pernah terbang ke Australia dan Singapura, dan menyabet penghargaan minimal satu di setiap kompetisi FLL yang diikutinya.
Diharapkan kemampuan SDM Indonesia akan terus berkembang bila sejak dini anak-anak mulai diajarkan untuk terus mengembangkan bakat dan berani unjuk gigi.
Menurut Gunawan, mereka sangat siap jika infrastruktur, regulasi pemerintah, dan para pendidik SDM dapat berkolaborasi. “Karena konsep dari industri 4.0 adalah kolaborasi. otulah yang harus terus kita dorong,” tutup Gunawan.
Penulis: Evelyn Kusuma
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.