KOMPAS.com - Rika (9) masih teringat dengan gempa dan tsunami yang melanda Donggala, Sulawesi Tengah, 28 September 2018 silam.
"Aku lagi berdiri di depan rumah. Buminya goyang-goyang dan ibu teriak-teriak," kata Rika kepada Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, seperti dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Rabu (18/9/2019).
Akibat bencana itu ratusan ribu warga mengungsi, puluhan ribu rumah rusak dan ratusan sekolah ambruk tidak bisa difungsikan, termasuk SDN 20 Tondo Sirenja tempat Rika bersekolah.
Kini satu tahun kemudian, SDN 20 Tondo sudah kembali kokoh berdiri berkat bantuan dari warga Jawa Tengah bekerjasama dengan Keluarga Alumni UGM (Kagama) dan Fakultas Teknik UGM.
Usai gedung sekolahnya kembali utuh, Rika dan teman-temanya berharap gempa tidak lagi merobohkan sekolahnya.
Baca juga: Ketika Millenial Bersatu Bangun Masjid Rusak di Palu Akibat Bencana
"Ini sudah dibangun lagi. Semoga tidak ambruk dan tidak ada gempa dan tsunami," kata Wali (9), teman sekolah Rika.
Menjawab ketakutan roboh saat gempa, Gubernur Ganjar mengatakan gedung sekolah tersebut dibangun dengan menggunakan sistem RISBA atau Rumah Instan Rangka Baja tahan gempa.
Di sekolah itu ada enam kelas yang dibangun ditambah ruang kantor, laboratorium, musholla dan tiga toilet.
"Kelebihannya selain tahan gempa, mudah dan cepat dibuat karena struktur rangka baja," kata Ganjar.
Ganjar pun berharap ketersediaan fasilitas tahan bencana tersebut juga diimbangi dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM).
"Kami harapkan mereka melatih siswa pengurangan risiko bencana, kalau gempa apa yang mesti dilakukan," kata Ganjar.
Baca juga: Rumah Tahan Gempa di Lombok Terbukti Kekuatannya
Gubernur Ganjar yang menghadiri penyerahkan bangunan gedung SD 20 Sirenja, Donggala, Sulawesi Tengah, Rabu (18/9/2019), mengatakan bantuan tersebut membuktikan tentang rasa cinta antar anak bangsa.
"Sakitnya Donggala, Palu adalah sakitnya kita semua. Investasi inilah yang tidak boleh putus, pendidikan dan persaudaraan," tutup Ganjar.