KOMPAS.com – Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Ananto Kusuma Seta mengatakan, kreativitas pembelajaran merupakan salah satu masalah dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Untuk memecahkan problem itu, dia mengungkapkan ada empat syarat agar kreativitas siswa di lingkungan sekolah bisa tercipta. Keempat syarat itu dirangkum menjadi 4P.
Pertama, yaitu project based learning. Maksudnya, siswa mempelajari sesuatu harus dengan melibatkannya dalam praktik atau penelitian suatu proyek pembelajaran sehingga siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari.
“Pembelajaran tidak bisa hanya dengan teori. Itu menjadi keharusan sehari-hari dalam proses pembelajaran. Tidak bisa hanya dengan menghafalkan rumus,” ucap Ananto dalam pembukaan pameran Global Educational Supplies and Solutions (GESS) Indonesia 2019 di Jakarta, Rabu (18/9/2019).
Syarat kedua yakni passion atau renjana. Menurut dia, kita tidak bisa memecahkan masalah pendidikan hanya dengan melihat dari satu sisi, tetapi harus dilihat secara keseluruhan dari berbagai faktor.
Baca juga: Kabut Asap Berdampak pada Pembelajaran Siswa, Ini Solusi Kemendikbud
Dia pun menyoroti terkait pemeringkatan di sekolah dan ujian berstandar nasional yang tidak bisa dilakukan terus-menerus.
Sebab, menurut dia, setiap anak memiliki keunikan masing-masing sehingga kemampuannya tidak bisa diuji dengan ujian yang seragam. Maka dari itu, materi pelajaran dan ujiannya pun disesuaikan dengan kondisi setiap anak.
“Tidak ada lagi rangking-rangkingan, tidak bisa ujian standardised. Setiap anak adalah unik, setiap makhluk mempunya DNA sendiri-sendiri. Karena itu, pembelajarannya harus personalized. Passion-nya harus didengarkan,” imbuh Ananto.
Kemudian, syarat ketiga yaitu peers. Artinya, siswa tidak bisa belajar sendiri-sendiri, tetapi harus berkelompok. Aktivitas semacam ini membutuhkan kemampuan berkomunikasi dan kolaborasi yang cukup penting.
Terakhir, syarat keempat adalah play. Proses pembelajaran bisa dilakukan dengan cara menyenangkan melalui kegiatan permainan edukatif sehingga anak akan merasa terhibur, dan di lain sisi mendapatkan ilmu pengetahuan baru dari aktivitas tersebut.
“Ini merupakan pola pendidikan yang dahsyat untuk mengangkat kreativitas anak-anak,” pungkas Ananto.
Dia menambahkan, terkait penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan, dia menuturkan bahwa sebaiknya kita tidak perlu bertanya apa yang bisa dilakukan teknologi untuk siswa, tetapi tanyakan apa yang bisa siswa lakukan dengan teknologi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.