JAKARTA, KOMPAS.com - Lakon Pandu Suwarga disajikan dengan apik oleh Wahyu Fajar Giri pada Jumat (19/9/2019) petang. Para pemain gamelan memainkan alat musik untuk mengiringi alur cerita pertunjukan wayang.
Fajar merupakan satu dari 31 peserta Festival Dalang Bocah 2019 yang digelar panggung Candi Bentar, Taman Mini Indonesia Indah, 19-21 September 2019.
Rupanya siswa kelas 8 asal Tulungagung, Jawa Timur, itu tak sendiri. Di situ juga ada 18 pengrawit atau pemain gamelan yang mengiringi pagelaran wayang kulit gaya Surakarta. Lantas, ada empat sinden yang bersuara elok. Mereka semua masih belia dan berstatus pelajar.
Sebelum berkompetisi di Jakarta, Fajar yang berusia 14 tahun itu berlatih bersama teman-temannya setiap hari. Tentu saja latihan berlangsung selepas jam sekolah.
“Tak pernah ada kendala selama persiapan festival. Semua giat berlatih dan datang tepat waktu,” ujarnya usai pagelaran wayang, Jumat (19/9/2019).
Pelajar yang menyukai pelajaran Bahasa Jawa itu mengaku memiliki tokoh idola seorang dalang, Ki Aji Mulyanto, yang terkenal dengan gaya sabetan khas pagelaran wayang.
Fajar tak serta merta bisa mendalang. Ia belajar mendalang di Sanggar Budi Luhur, Tulungagung.
Anggaran pendidikan
Selain dukungan keluarga, Pemerintah Daerah Tulungagung ternyata turut campur dalam pengembangan bakat Fajar.
Sejak usia SD, bakat Fajar di bidang pewayangan terus dipantau dan dibina. Bahkan, sejak kelas 5 SD, ia sudah mengikuti perlombaan mendalang tingkat daerah.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Kadisdikpora) Tulungagung, Suharno, menjelaskan Pemerintah Daerah Tulungagung memang memberi perhatian lebih pada pengembangan seni dan budaya pelajar.
Anggaran pendidikan Tulungagung tak melulu untuk membayar gaji dan tunjangan guru. Menurut dia, anggaran juga dialokasikan untuk mengembangkan bakat dan minat pelajar non-akademis.
Bahkan, setiap tahun, pemerintah setempat menggelar Festival Karawitan Pelajar. Bila dihitung sejak awal penyelenggaraan, festival karawitan itu sudah digelar delapan kali.
Kegiatan lain yang bertujuan mengembangkan bakat dan minat pelajar yakni Festival Dalang Bocah tingkat daerah. Hingga kini, penyelenggaraan festival itu sudah memasuki tahun keempat.
Anak-anak dengan bakat seni dan budaya pun bisa masuk ke sekolah lanjutan dengan jalur khusus. Bahkan, sekolah lanjutan wajib mengembangkan bakat anak dan memberi beasiswa bila memungkinkan.
“Pengembangan seni budaya pada anak merupakan pendidikan karakter yang paling nyata,” ujar Suharno, Jumat (19/9/2019).
Sebelumnya, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid menjelaskan, saat ini 208.000 sekolah menerapkan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), dilansir Kompas.com (14/3/2019).
Dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 diterangkan, PPK merupakan gerakan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga.
Hilmar menegaskan, PPK sekaligus upaya untuk menyiapkan generasi muda menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo berharap Indonesia ikut memimpin revolusi itu.
"Syarat dasar kita untuk ikut terlibat kalau bisa memimpin Revolusi Industri 4.0 adalah mengatasi inferiority (rasa rendah diri)," ujar Hilmar.
Dengan adanya PPK, siswa bukan hanya mengejar nilai akademis, melainkan juga pendidikan yang berkaitan dengan olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga.
Sebagai informasi, wayang bersama keris dan batik telah ditetapkan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya tak benda Indonesia, pada 2010 lalu, dilansir Kompas.com (5/2/2010).
Ketiganya dikategorikan warisan budaya tak benda atau intangibel meski berupa benda. Pasalnya, cerita-cerita, nilai-nilai filosofis dan sisi humanis yang terkandung dalam wayang, batik, dan keris merupakan warisan budaya yang patut dilestarikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.