Pesantren Didorong Mampu Lahirkan Inovator Iptek

Kompas.com - 30/09/2019, 21:23 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Sebagai negara muslim terbesar dunia, pesantren di Indonesia diharapkan mampu menjadi rujukan studi Islam di dunia dan mampu melahirkan lulusan yang juga mampu menguasai iptek selain ilmu agama

Hal ini disampaikan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir saat memberikan Kuliah Umum di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Anwar Sarang, Rembang (28/9/2019).

Menristekdikti juga mengingatkan pesantren memiliki kontribusi besar dalam menyiapkan generasi muda yang cerdas spiritual, akademis maupun sosial dalam menghadapi tantangan di era industri 4.0.

Untuk itu, Menteri Nasir mendorong pesantren tidak hanya menjadi pusat intelektual di bidang agama, namun pesantren juga harus mampu melahirkan inventor yang mampu menghasilkan inovasi.

Studi Islam dunia

"Saya berharap dari pesantren lahir generasi-generasi muda Indonesia yang tidak hanya mampu mengaji tetapi juga mampu mengkaji, yang tidak hanya berzikir tetapi juga terus berfikir, yang tidak hanya mampu mengolah jiwa tetapi juga menguasai iptek untuk mengolah data, tidak hanya lembaga pendidikan yang menghasilkan para scholars, tetapi juga akan lahir para inventor," ujar Menristekdikti.

Baca juga: Dana Abadi Pesantren Akan Dicairkan Dari Dana Pendidikan

Menteri Nasir menambahkan sebagai negara dengan jumlah penganut agama Islam terbesar dunia maka Studi Islam di Indonesia hendaknya didorong menjadi rujukan studi Islam dunia. Oleh karena itu, Institusi Pendidikan Islam Indonesia harus mampu membangun 'branding' agar dikenal di seluruh dunia.

“Cita-cita Indonesia menjadi destinasi studi Islam dunia bukan lagi sekedar mimpi. Yang terpenting adalah bagaimana setiap lembaga mampu merumuskan 'Institutional Branding-nya' sehingga wajah Islam Indonesia menjadi pilihan destinasi studi Islam dunia,” ucapnya.

Bangga jadi santri

Di hadapan mahasiswa/i santri STAI Al-Anwar Menristekdikti menyebutkan agar memiliki rasa bangga menjadi seorang santri, karena Ia dulu juga merupakan santri di pesantren yang sama.

“Saya ini nyantri di Sarang pada tahun 1973-1978. Saya dulu tidak pernah membayangkan bahwa saya akan terpilih menjadi Rektor, apalagi menjadi Menteri seperti sekarang ini,” ucapnya.

Ketua STAI Al-Anwar KH Abdul Ghofur Maimoen mengatakan, STAI Al-Anwar ingin menyinergikan dan menginterkoneksikan ilmu-ilmu keagamaan khususnya tasawuf. Ia ingin mahasantri di STAI Al-Anwar dapat menjadi ahli-ahli tasawuf khas Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau