Ini Kunci Pelajar Indonesia Bisa Eksis Kuliah di Luar Negeri

Kompas.com - 15/10/2019, 19:42 WIB
Kurniasih Budi

Editor

KOMPAS.com - Saat ini, Indonesia menduduki peringkat ke-22 di dunia sebagai negara terbanyak mengirimkan pelajar ke luar negeri.

Dilansir Kompas.com (8/4/2019), minat pelajar Indonesia untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di luar negeri memang terus meningkat.

Motivasi setiap pelajar untuk belajar jauh dari Tanah Air ternyata beragam. Seperti Antonia Asri, salah satu anak bangsa yang bisa kuliah di luar negeri.

Perempuan yang lahir pada 1996 di Jakarta itu ingin memperluas wawasan dengan merantau ke negara lain.

Baca juga: Kisah Inspiratif, Antonia Asri Meniti Karir Desainer di Amerika Serikat

Selepas SMA, ia pun ingin mencari pengalaman hidup di negeri orang. Dengan menimba ilmu di tanah lain, ia berharap bisa belajar hidup mandiri.

“Banyak faktor yang mengurung cita-cita masyarakat Indonesia untuk study abroad, salah satunya adalah masalah biaya,” kata dia dalam pernyataan tertulis, Selasa (14/10/2019).

Asri cukup terbantu dengan adanya beasiswa selama belajar seni kreatif dan desain di San Francisco.

Ada sejumlah cara yang ditempuh Asri untuk mengurangi biaya kuliah di luar negeri seperti rangkuman berikut:

Memulai studi di community college

Menurut dia, biaya pendidikan di community college bisa relatif lebih murah dibandingkan universitas.

Pada jenjang tersebut, pelajar bisa memulai studinya untuk memperoleh gelar pendidikan associate degree atau setara Diploma 3 di Indonesia.

Pilihan lainnya, imbuh dia, mengambil kelas dasar sebelum melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.

"Bukan hanya affordable tuition, namun memulai studi di community college bisa memberi kalian waktu untuk menata portofolio yang pada nantinya siap kalian kirim ke universitas impian,” ujarnya.

Mencari peluang beasiswa

Ia menjelaskan, riset menjadi kunci dari perburuan beasiswa. Bagi mahasiswa yang berniat mencari beasiswa tentu saja harus tekun dalam melakukan riset.

Sejumlah universitas seni kreatif dan desain mempunyai program beasiswa merit, yaitu beasiswa berdasarkan prestasi akademis dan portofolio.

"Sebagai mahasiswa internasional, kita tidak dapat mengikuti program Financial Aid yang hanya ditujukan untuk warga negara Amerika. Merit-based Scholarship adalah kesempatan besar bagi mahasiswa internasional untuk mencari bantuan dana pendidikan,” katanya.

Pameran seni dan desainDok. Antonia Asri Pameran seni dan desain

Asri mengaku mencoba mendaftar ke beberapa sekolah Art and Design hingga berlabuh di California College of the Arts.

Sebelum meraih beasiswa itu, ia mengirim 20 lembar portofolio dan artist’s personal statement.

Usaha keras memang tak mengkhianati hasil. Ia pun mendapat beasiswa parsial sebesar 15.000 dollar AS per tahun.

Perempuan asal Jakarta itu mengaku, beasiswa tersebut cukup membantu karena dapat menutup sepertiga dari total biaya pendidikan.

Tak ragu ikut kompetisi

Sejumlah lembaga di negara lain memiliki misi membantu pelajar maupun mahasiswa yang kesulitan finansial. Salah satu caranya adalah lewat gelaran sayembara atau kompetisi.

Sayangnya, peluang itu kerap diabaikan pelajar Indonesia maupun warga setempat.

Namun, tidak demikian dengan Asri yang justru tertantang untuk ikut kompetisi.

Apalagi, masih ada sederet biaya yang mesti dibayar, seperti biaya kuliah sebesar 30.000 dollar AS per tahun, asuransi kesehatan, sewa rumah tinggal, dan biaya hidup di Silicon Valley.

Pada akhir 2015, Asri mulai berpartisipasi dalam sejumlah kompetisi arsitektur dan desain interior yang berhadiahkan beasiswa, di antaranya adalah The Ken Roberts Memorial Delineation Competition (2015), IIDA Competition (2016).

Dewi fortuna tampaknya belum berpihak pada Asri kali itu. Lantas, pada 2017 Asri mewakili universitas dalam kompetisi desain interior yang digelar Angelo Donghia Foundation.

Setiap tahun, ada 13 pemenang yang dipilih. Pada tahun yang sama, ia pun menjadi salah satu pemenang dan mendapat beasiswa sebesar 30.000 dollar AS.

Dengan berbagai beasiswa yang diperoleh, ia bisa melunasi biaya kuliah tanpa membebani orangtua.

“Mendapat beasiswa untuk mimpi menyelesaikan studi di Amerika bukan hal mudah, tetapi bukan pula mustahil,” kata Asri yang kini bekerja sebagai desainer interior di Hart Howerton.

Jangan malu untuk magang

Para pelajar Indonesia yang merantau ke luar negeri tak cuma bisa memperluas wawasan, mereka juga bisa mencari pengalaman bekerja lewat program magang.

Pengalaman magang merupakan modal utama bila pelajar ingin mencari pekerjaan di negara itu selepas kuliah.

Dengan adanya pengalaman internship atau work-study job, imbuh dia, bukan mustahil curriculum vitae (CV) bisa masuk deretan atas, untuk kemudian masuk tahap wawancara di perusahaan.

Setelah kelulusan, Asri mengaku mengalami tantangan besar dalam mencari pekerjaan sebagai warga internasional.

Pengalaman magang dan prestasi kompetisi bukan hanya bertujuan untuk CV yang menonjol, tetapi juga membangun mental dan kegigihan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau