KOMPAS.com – Pengumuman para menteri yang masuk Kabinet Indonesia Maju atau Kabinet Kerja Jilid 2 telah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/10/2019) pagi.
Dari 38 orang yang diumumkan dalam kabinet tersebut, salah satunya yaitu Nadiem Anwar Makarim yang ditunjuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) periode 2019-2024.
"Kita akan membuat terobosan-terobosan yang signifikan dalam pengembangan SDM yang siap kerja, siap berusaha, yang me-link and match-kan antara pendidikan dan industri," ujar Presiden Jokowi saat mengumumkan Nadiem sebagai Mendikbud baru.
Nama Nadiem di Indonesia sangat dikenal sebagai seorang pengusaha rintisan digital (startup) GoJek, di mana dia merupakan pendiri dan Chief Executive Officer GoJek Indonesia.
Perusahaan itu sangat familiar sebagai penyedia aplikasi transportasi daring yang beroperasi di Indonesia dan sejumlah negara di Asia Tenggara, seperti Singapura, Vietnam, dan Thailand.
Baca juga: Ini Program 100 Hari Mendikbud Nadiem di Kementerian Pendidikan
Menanggapi penunjukan Nadiem sebagai Mendikbud baru, banyak pihak yang menyampaikan reaksi pro dan kontra. Salah satu pendapat datang dari Ahmad Rizali, pengamat dunia pendidikan di Tanah Air.
jika dilihat dari latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja Nadiem, hal yang bisa diharapkan yaitu kepemimpinan yang mumpuni saat membawahkan Kemendikbud lima tahun ke depan.
Menurut dia, jika dilihat dari latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja Nadiem, hal yang bisa diharapkan yaitu kepemimpinan yang mumpuni saat membawahkan Kemendikbud lima tahun ke depan.
“Dengan mutu kehidupan keseharian, mutu persekolahan, dan pengalaman berkarya seperti itu, saya berharap Pak Nadiem memiliki leadership yang saya impikan. Karena memimpin kementerian itu adalah masalah leadership. Meski knowledge juga perlu, tetapi hanya ‘bonus’,” ucap Ahmad Rizali saat dihubungi Kompas.com, Rabu (23/10/2019).
Seorang pemimpin bisa dikatakan hebat jika mampu membuktikan kepemimpinannya atas begitu banyak bawahan yang belum pernah dikenal sebelumnya.
Mereka harus bisa bersama-sama mewujudkan rencana ke depan, termasuk merealisasikan semboyan yang diusung dalam pemerintahan periode kedua Presiden Jokowi, yaitu “SDM Unggul, Indonesia Maju”.
Di samping itu, tantangan lainnya yakni Kemendikbud pada periode 2019-2024 akan mencakup bidang pendidikan tinggi yang sebelumnya masuk di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
“Seorang leader yang ‘great’ akan mampu membawa mimpi negeri ini terwujud dengan dukungan ‘pasukannya’ yang sudah tersedia dan dia harus bekerja dulu dengan pimpinan pasukan yang tak dia kenali. Inilah ujian pertama Pak Mendikbud. Terlebih lagi, rombongan Dikti ‘pulang kampung’, sebuah kumpulan ‘orang-orang pintar’ di ribuan perguruan tinggi. Ini ujian tersendiri,” jelas Ahmad.
Dia mengibaratkan Nadiem sebagai Mendikbud baru ini harus bisa menjadi “Tarzan” yang bisa meyakinkan bahwa dirinya pantas menjadi penguasa "belantara Dikbud".
Sebab, nantinya banyak pihak yang merasa lebih tahu tentang masalah pendidikan akan bersuara, bahkan mengajukan protes kepada pemerintah.
Tidak hanya itu, contoh tantangan lainnya yakni menyangkut pelaksanaan ujian nasional, lulusan SMK yang masih banyak menganggur, peningkatan mutu pendidikan Indonesia dalam daftar PISA, serta kesiapan menghadapi era industri 4.0.
Meski demikian, Ahmad merasa yakin bahwa Nadiem bisa menunjukkan kepemimpinannya walaupun sebelumnya tidak pernah berkecimpung dalam bidang pendidikan di pemerintahan.
“Saya termasuk pegiat pendidikan yang haqqul yaqin percaya bahwa syarat utama Mendikbud itu bukan faham belantara dikbud dan dikti, tetapi justru pemilik leadership yang kuat bin great tadi,” tuturnya.
Dia menambahkan, knowledge dan knowhow bisa diperoleh dari para ahli yang lebih berpengalaman. Namun, kualitas eksekusi dalam menangani suatu masalah itulah yang diperlukan dalam kepemimpinan di Kemendikbud.
“Pak Nadiem, tunjukkan mutu leadership Anda. Banyak yang sinis dengan pengangkatan Anda, tetapi saya yakin ribuan kali lebih banyak yang optimis, setidaknya saya. Karena siapa pun yang dipilih Pak Jokowi, merekalah faktual panglima urusan pendidikan,” imbuh Ahmad.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.