KOMPAS.com – Sejumlah pengamat dan pemerhati pendidikan optimistis dengan penunjukan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Indonesia Maju oleh Presiden Joko Widodo.
Penunjukan ini dinilai menjadi gebrakan presiden terhadap “gawat darurat” pendidikan nasional.
Sosok Nadiem dipandang pemerhati pendidikan Bukik Setiawan dapat membawa cara baru dalam menata sistem pendidikan.
Pasalnya, hasil riset lembaga SMERU disebut Bukik menunjukkan hasil capaian belajar anak justru menurun dalam 15 tahun terakhir.
“Kita harus bisa bedakan antara praktisi pendidikan dengan menteri pendidikan, pengajar dengan manajer pengajaran. Yang diurus oleh menteri adalah manajemen pendidikannya,” ungkapnya saat ditemui dalam Temu Pendidik Nasional (TPN) 2019 di Sekolah Cikal Cilandak, Jakarta Selatan, Minggu (27/10/2019).
“Malah ada kesamaan antara kualifikasi Nadiem dengan kebutuhan pekerjaan menteri pendidikan.”
Hal senada disampaikan pengamat sekaligus penggagas Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan, Najelaa Shihab. Pendidikan kini dirasanya makin tidak relevan dengan apa yang dibutuhkan anak.
Baca juga: TPN 2019 dan Upaya Mendobrak Pembelajaran yang Membosankan
“Saya rasa ini spesialisasinya Mas Nadiem, (soal) data-data pendidikan dan proses assessment termasuk ujian nasional perlu banyak direformasi,” ujarnya saat dihubungi, Minggu (27/10).
“Sehingga bisa jadi umpan balik. Bukan hanya tentang anak, tapi juga tentang sistem pendidikan kita,” tambah Najelaa.
Sementara itu, pengamat yang juga Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta DKI Jakarta Imam Parikesit menekankan "gaya swasta" Nadiem dianggap tidak ingin terlalu birokratis.
“Kan beliau sudah mulai dengan cara halus, ‘Panggil saya Mas Menteri, jangan Pak Menteri.’ Itu kan menandakan tidak ingin ada jarak,” sebutnya saat dijumpai di Sekolah Cikal Cilandak, Minggu (27/10).
Rekam jejak Nadiem yang mampu menciptakan lapangan kerja juga menjadi harapan baru bagi Imam, terlebih Presiden Jokowi telah menginstruksikan kebijakan dunia pendidikan yang harus link and match dengan lapangan kerja.
Namun, Najelaa menggarisbawahi peran Kemdikbud tidak hanya membawahi urusan pendidikan, tetapi juga kebudayaan, sehingga tujuan pendidikan diharapkan tak hanya sebatas link and match.
“Pendidikan kan tujuannya adalah menumbuhkan potensi semua dan setiap anak, menumbuhkan insan yang kuat, warga negara yang mendorong demokrasi dan antikorupsi,” jelasnya.
Masyarakat, menurut Najelaa, perlu memberikan waktu kepada Nadiem untuk mengaktualisasikan terobosannya.
Dalam pandangan lain, Bukik meminta aktualisasi tersebut, termasuk standar nasional pendidikan, harus dijalankan tanpa memprioritaskan satu ketimbang lainnya.
Penyelesaian pekerjaan rumah lain juga tak kalah penting baginya, seperti memajukan pendidikan tanpa membedakan negeri-swasta, atau dikotomi identitas lainnya.
Penulis: Gregorius Giovani
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.