Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkuat Inovasi dan Riset, Menristek Dorong Kolaborasi Indonesia-Belanda

Kompas.com - 04/11/2019, 22:36 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro akan perkuat kolaborasi riset antara Indonesia dan Belanda mulai tahun depan.

Hal tersebut disampaikan Menristek saat menghadiri Opening Remark of the Holland Alumni Reception 2019 di Kedutaan Besar Belanda Jakarta, pada Jumat (1/11/2019) malam.

Kerja sama riset antara kedua negara telah berlangsung hampir dua dasawarsa. Kerja sama kembali diperkuat dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding- MoU) antara Indonesia dan Belanda di bidang Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan pada tanggal 22 April 2016 di Den Haag.

Terdapat lima belas bidang kerja sama yang disepakati, diantaranya meliputi pangan pertanian; energi; pengelolaan air dan sanitasi; transportasi, logistic dan infrastruktur; maritime, dan lainnya.

Dorong kolaborasi riset

Sebagai tindak lanjut dari penandatanganan tersebut, telah dilakukan pertemuan ‘The 1st Indonesia- Netherlands Joint Working Group (JWG) on Higher Education and Science (HES)’ di Jakarta, 13 Februari 2017 yang diantaranya menyepakati:

  • Identifikasi langkah kedua negara dalam mempersiapkan sumber daya manusia (peneliti, dosen, pelajar) berkualitas bagi dunia;
  • Kolaborasi riset dan inovasi yang fokus dan intensif serta
  • Sinergi dalam pendanaan untuk pelaksanaan program kerjasama bilateral.

Baca juga: Kemenristekdikti Siap Tambah Dana untuk Tingkatkan Penelitian

Menteri Bambang memastikan bahwa akan ada topik riset yang akan dikerjakan oleh Indonesia dan Belanda, sehingga diharapkan kedua negara dapat saling terlibat dan belajar satu sama lain.

"Juni tahun depan ada semacam kolaborasi antara institusi Belanda dan Indonesia yang fokus pada riset. Kami ingin mendorong adanya research collaboration (kolaborasi riset) antara Indonesia dan Belanda," ujar Menteri Bambang.

Beliau menambahkan, kolaborasi riset antar kedua negara akan melibatkan perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang ingin terlibat dalam kolaborasi itu.

Persaingan kian ketat

Pemerintah mendorong mahasiswa dan peneliti untuk menguatkan riset dan inovasi, guna melahirkan startup sebagai bagian dari upaya menciptakan enterpreunership.

Startup berbasis teknologi dan informasi atau yang disebut technoprenuer harus banyak diciptakan di Indonesia, mengingat kuatnya persaingan startup di pentas global. Kenapa ini penting, karena ke depan profesi yang sifatnya rutin atau mekanistik akan digantikan oleh mesin atau komputer. Maka kita harus memiliki sesuatu yang berbeda, yakni kreativitas dan insting atau naluri," tandas dia.

Dalam sambutannya, Menteri Bambang juga meminta kepada alumni yang hadir untuk mengambil pelajaran dari tutupnya Yahoo Groups.

Dia menyebut tutupnya Yahoo Groups menjadi bukti ketatnya persaingan di dunia teknologi digital saat ini. Seperti diketahui, Yahoo merupakan laman email paling populer sejak tahun 90-an.

"Bayangkan, salah satu bisnis tren di era 90-an dan sekaligus pioner email dan mesin pencari, tutup. Ini babak baru kompetisi, kalian harus siap jika tidak ingin kehilangan pekerjaan," ucapnya.

Adaptif dan mau belajar

Karena itu, agar tidak tersisih dari persaingan ketat di pentas global, beliau memandang perlunya membekali dirinya dengan pengetahuan yang lebih maju, serta teknologi yang lebih canggih.

Sebab, dengan cepatnya perkembangan teknologi dewasa ini perubahan sudah bukan lagi menghitung puluhan tahun, melainkan hanya hitungan tahun atau bahkan kurang dari satu tahun.

"Artinya, untuk bisa bersaing ke depan, selain harus serius juga harus jelas apa spesialisasi kita, adaptif, juga mau belajar," ujar Menteri Bambang.

Dalam kegiatan ini turut hadir Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns, Direktur Nuffic Nesso Peter van Tuijil, Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Neil Semuel Rupidara, serta tamu undangan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com