KOMPAS.com - Data hasil penelitian Youthmanual terhadap 400 ribu lebih responden mencuatkan fakta menarik: 92 persen siswa SMA/SMK sederajat bingung dan tidak tahu akan menjadi apa kedepannya dan 45 persen mahasiswa merasa salah mengambil jurusan.
Peran sekolah dalam ini menjadi sangat penting dalam membantu siswa menemukan minat dan bakat serta lebih jauh lagi menyiapkan karir untuk masa depan mereka sedini mungkin.
Berangkat dari semangat ini, Global Sevilla School menggelar "Career Day" (6/11/2019) dengan mengundang beberapa pembicara untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang dunia kerja dari berbagai profesi.
Sejumlah siswa mulai dari kelas 7 hingga 12 mengikuti acara ini terbagi dalam beberapa kelas sharing kecil.
Narasumber yang dihadirkan berasal dari beragam profesi dan di antaranya juga merupakan orangtua para siswa. Mereka adalah; Anastasia Natalia Wibowo (Country Chief Financial Officer Lazada Indonesia), Debbie Maya Chastity (Vice President and General Counsel PT Chevron Pacific Indonesia), Laetitia Lemaistre (International Education and Development Specialist), Ratih Citra Sari (Dokter dan CEO PT Warna Langit Indonesia), Hasan Aula (CEO Erajaya Group) dan Yunarto Wijaya (Executive Director of Charta Politika Indonesia).
"Ini adalah program yang secara khusus dan rutin diadakan sekolah. Siswa bisa belajar beberapa pilihan karir berbeda. Memperkenalkan dan memberikan informasi penting bagi siswa sehingga anak dapat memilih jalur karir yang tepat untuknya," jelas Michael Thia, Superintendent Global Sevilla School.
Baca juga: Aturan Bikin Sekolah Seolah Penjara, Guru Tak Berdaya, Siswa Pun Tak Bahagia
Michael menjelaskan para pembicara tidak hanya menceritakan kesuksesan mereka, namun yang terpenting bagaimana mereka merintis karir hingga akhirnya menjadi sukses. "Bagaimana keteguhan mereka, bagaimana keuletan mereka, dan nilai-nilai lain yang diharapkan dapat menumbuhkan minat siswa," ujarnya.
Yunarto, salah satu pembicara dan juga orangtua siswa memberikan apresiasi positif kegiatan "Hari Karir" yang digelar Global Sevilla School.
"Di Indonesia semua mata pelajaran dipaksa untuk masuk dalam isi kepala anak. Yang terjadi ketika SMA anak tidak pernah tahu passion-nya apa, bakatnya apa, minatnya apa. Menerjemahkan minatnya saja tidak tahu karena mereka menghabiskan waktu dengan kurikulum yang luar biasa banyak dan pola pikir menjadi pintar," jelas Yunarto.
Ia menyampaikan melalui acara ini sekolah dan guru menjadi fasilitator agar anak menemukan bakat dan minat mereka.
Tidak hanya menumbuhkan minat, sesi sharing ini juga menjadi kesempatan bagi siswa untuk mengetahui tantangan dan kesempatan dunia kerja langsung dari para praktisi.
"Saya mensharingkan perkembagan dunia digital, dampak terhadap pekerjaan dan pada transformasi Industri. Menurut saya hal ini penting diketahui anak-anak karena mereka akan memasuki univesitas. Jadi siswa dapat melihat opportunity apa yang ada di dunia kerja," ujar Hasan Aula.
Hal senada disampaikan Laetitia Lemaistre, "Pendidikan tidak hanya yang terjadi dalam kelas namun juga luar kelas, jadi siswa harus memperoleh banyak pengalaman dan paparan dari pengalaman berbeda, orang berbeda, pikiran berbeda, seperti yang dilakukan pembicara pada hari ini."
Sementara Ratih Citra Sari menyampaikan bahwa tidak hanya siswa belajar dari pengalaman pembicara, sebaliknya para pembicara pun banyak mendapat pencerahan dari hasil berdiskusi dengan siswa.
"Saya memberikan apresiasi atas acara ini karena melalui acara ini anak-anak bisa melihat ada banyak pilihan karir bagi anak-anak nanti. Yang sangat menarik feedback dan pertanyaan anak-anak sangat kritis. Hal ini mencerahkan bukan hanya bagi anak tapi juga orangtua," ujarnya.
Melalui kegiatan ini Michael mengharapkan siswa tidak lagi salah dalam memilih karir nantinya.
"Mempersiapkan masa depan siswa menjadi hal yang 100 persen penting. Yang utama mempersiapkan siswa dengan kemampuan dasar seperti numerasi, literasi sehingga di masa depan siswa dapat mengembangkan sendiri kemampuan mereka," lanjutnya.
Michael menambahkan, "Kita tidak mengajarkan siswa menghafal. Kita mengajak siswa berpikir. Ini kemampuan yang akan menjadi kunci sukses di dunia yang begitu cepat berubah ini. Kurikulum sekolah harus memberikan kemampuan berpikir kristis dan kreatif, mempresentasikan ide, kolaborasi kemampuan yang dapat diaplikasikan di masa depan."
Selain "Career Day", Michael menyampaikan pihaknya juga memiliki program pendampingan karir khusus yang ditangani psikolog berpengalaman. "Kita berusaha menemukan apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan anak dan mendiskusikan dengan orangtua," jelasnya.
Selain program karir sekolah juga rutin menggelar pameran pendidikan universitas di mana anak dapat memilih universitas mana yang menjadi pilihan mereka.
Dalam hal terjadi perbedaan harapan antara orangtua dan anak, sekolah akan menjadi penengah.
"Orangtua zaman sekarang jauh lebih terbuka dalam pilihan karir anak. Anak pun kami minta terbuka apa yang menjadi minatnya. Anak dan orangtua dapat mendiskusikan apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan mereka dengan sekolah sebagai fasilitator," tutup Michael.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.