KOMPAS.com - Siswa Aceh mampu unjuk kemampuan tidak hanya di level regional dan nasional namun juga internasional. Dua siswa Fatih Bilingual School Aqil Naufal Syahrul dan Muhammad Syafiq Akbar menunjukan siswa Aceh memiliki kompetensi untuk bersaing global.
Prestasi siswa Indonesia asal Aceh ini ditunjukan Aqil dan Syafiq, panggilan akrab keduanya, dalam olimpiade penelitian dan proyek sains SIIF (Seoul International Invention Fair) di Seoul, Korea.
SIIF merupakan program pameran dan kompetisi penemuan dan inovasi tahunan yang diselenggarakan KIPA (Korea Invention Promotion Association) dan diselenggarakan pada tanggal 27-30 November di COEX Exhibition Hall, Gangnam-gu, Seoul.
Fatih School Aceh tampil bersama ratusan tim lain dari 27 negara. Selain Indonesia, negara lain yang tampil dalam gelaran SIIF tahun ini antara lain; Bahrain, Bangladesh, China, Kroasia, Perancis, Inggris, Amerika Serikat, Iran, Korea Selatan, Kuwait, Malaysia, Polandia, Portugal,
Taiwan, Thailand, Tunisia, Turki, Uni Emirat Arab, Uzbekistan, dan Vietnam.
Penelitian Aqil dan Syafiq bertajuk ‘Moss as a Substitute for the Main Substance in Deodorant’
berhasil mencuri perhatian publik yang hadir dalam olimpiade penelitian dan proyek sains internasional ini.
Baca juga: Siswa Jakbar Ubah Sampah Jadi Rupiah dengan Gemas dan Seksi
Penelitian mereka bertujuan mengurangi penggunaan bahan kimia di tubuh manusia, utamanya menggunakan lumut sebagai bahan dasar deodoran.
"Lumut tumbuh subur di musim penghujan di Indonesia sehingga mudah ditemukan di daerah Indonesia seperti Aceh dan Jawa. Tidak hanya itu, lumut juga memiliki kemampuan membunuh bakteri, salah satu penyebab bau badan," jelas Aqil melalui rilis resmi.
Syafiq menambahkan, "Hal ini membuat lumut memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan dasar deodoran menggantikan bahan kimia seperti TCS (triclosan) dan pastinya lebih aman bagi tubuh."
Fatih dan Syafiq memulai penelitian mereka sejak Oktober 2018 lalu, mulai dari kajian literatur, mengambil sampel, ekstraksi, hingga pengujian di laboratorium mikrobiologi di bawah bimbingan guru Fatih Bilingual School, Manda Edy Mulyono.
Penelitian ini sempat mencuri perhatian pengunjung yang menunjukan ketertarikan mereka pada potensi penelitian yang dilakukan siswa Aceh ini.
Sebelumnya Aqil dan Syafiq telah mendapatkan penghargaan Medali Perak pada ajang serupa di Singapura yakni AIGC (Advanced Innovation Global Competition) pada 15-17 November 2019 di Nanyang Technical University, Singapura.
Mereka berhasil bersaing dengan banyak tim dari berbagai negara, seperti: Ukraina, Cina, Iran, Jepang, Thailand, Filipina, Vietnam dan Malaysia.
"Bidang penelitian dan proyek memang mendapat perhatian khusus dan serius di Fatih School. Salah satunya lewat komunitas siswa Fatih Research and Project Team (FreshJet)," jelas Nurhadi Hafman, Management Advisor Fatih Bilingual School.
Nurhadi menjelaskan setiap tahun siswa diarahkan untuk dapat berkontribusi dalam bidang penelitian dengan memberikan solusi dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Ia menyampaikan prestasi ini sekaligus menjadi pembuktian bahwa pelajar Aceh juga tidak kalah dalam bidang inovasi dan penelitian.
"Semoga mereka bisa mengharumkan kembali nama Indonesia di kancah internasional dan
juga dapat membuktikan bahwa pelajar Aceh juga tidak kalah dalam urusan inovasi dan
penelitian," tegas Nurhadi.