Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Wacana Tiga Hari Sekolah, Bukik Setiawan: Hari Sekolah Bukan Esensi

Kompas.com - 05/12/2019, 18:01 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com- Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto melontarkan usulan pemangkasan waktu sekolah menjadi cukup 3 hari sekolah per minggu saja.

Usulan itu disampaikan Kak Seto saat memberikan masukan di Mapolres Metro Jakarta Utara, Rabu (4/12/2019) terkait tawuran maut di Sunter.

Konsep tiga hari sekolah ini sudah diuji coba Kak Seto selama 13 tahun di homeschooling miliknya di wilayah Bintaro, Tangerang Selatan.

"Nah kami sudah membuat percobaan sekolah selama 13 tahun ini. Sekolah seminggu hanya tiga kali. Per hari hanya tiga jam. Tapi lulusannya yang masuk Kedokteran ada di UI, Gajah Mada, dan Undip. Kemudian USU dan Unhas. ITB IPB ada," jelas Kak Seto (4/12/2019).

Sebagai pembanding, Kak Seto juga memiliki sebuah sekolah formal Mutiara Indonesia Internasional yang bekerja sama dengan Universitas Cambridge di Inggris dan telah berjalan sejak tahun 1982.

Dari kedua sekolah tersebut, Kak Seto meyakini kegiatan sekolah 3 hari justru menerbitkan lulusan lebih memuaskan.

Baca juga: Tiga Hari Sekolah, Ini 6 Alasan Kak Seto Usulkan Hal Ini ke Mendikbud Nadiem

Hari sekolah bukan esensi

Bukik Setiawan, Ketua Kampus Guru Cikal mengatakan wajar-wajar saja bila ada sekolah yang efektif menerapkan sistem 3 hari.

"Sama wajarnya dengan sekolah lain yang menerapkan sistem 7 hari. Hari belajar pada dasarnya teknis sifatnya, bukan esensi. Sistem sekolah 3 hari pada konteks tertentu mungkin efektif, tapi pada konteks yang lain bisa jadi kontraproduktif," ujar Bukik saat dihubungi Kompas.com (5/12/2019).

"Mengapa? Karena sekolah bukan lembaga hidup di lingkungan hampa. Sekolah adalah bagian dari keluarga dan komunitas," jelasnya.

Bukik menyampaikan sekolah, keluarga dan komunitas saling mempengaruhi. Penyesuaian teknis di sekolah akan mempengaruhi ritme keluarga dan komunitas, begitu pula sebaliknya.

Hentikan penyeragaman pendidikan

"Jadi saya bisa setuju sekaligus tidak setuju dengan sistem sekolah 3 hari. Pertanyaan dasarnya, siapa yang menentukan sistem sekolah 3 hari? Bila pemerintah dan dinas yang menetapkan sistem sekolah 3 hari, saya sekali tidak setuju," ujar Bukik.

Lebih jauh Bukik menambahkan, dalam situasi yang berbeda sistem 3 hari mungkin bisa diterapkan. Misal, sekolah mendapat kemerdekaan untuk menentukan jumlah hari belajar.

Sekolah bersama keluarga dan komunitas menyepakati jumlah hari sekolah hanya 3 hari.

"Kemerdekaan sekolah menentukan urusan pengajarannya sendiri adalah hal esensi. Jumlah hari hanyalah teknis belaka yang hendaknya tidak perlu diatur dalam kebijakan nasional. Sudah saatnya kita menghentikan penyeragaman pendidikan," tegas Bukik menutup pembicaraan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com