Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Rekomendasi Penguatan SDM untuk Presiden Jokowi dari Guru Tapal Batas Kaltara

Kompas.com - 21/01/2020, 12:13 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Staf Khusus Presiden RI, Adamas Belva Syah Devara, menerima 5 poin rekomendasi dari Kelompok Kerja (Pokja) Literasi Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).

Adamas Belva menerima rekomendasi ini pada Sabtu, 18 Januari 2020, saat hadir sebagai pembicara utama Kemah Literasi Kaltara 2020.

Ia merespons baik rekomendasi yang diberikan dan siap menjadi jembatan penghubung antara para pegiat literasi di lapangan dengan pemerintah pusat yang membuat kebijakan.

“Jadi saya sudah mendengar aspirasi dari semua, dan saya juga di sini sama-sama belajar. Insya Allah saya akan menyambungkan ini kepada pemerintah pusat terkait masalah yang ada di tapal batas,” kata Adamas Delva, alumnus Harvard dan Stanford di Amerika Serikat.

Ketua Forum Guru Tapal Batas (FGTB) Safril Efendi dalam siaran berita, Senin (19/1/2020), menyampaikan, pokja mendorong Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul untuk menyambut bonus demografi.

Presiden diminta membuat kebijakan konkret untuk memastikan anak-anak Indonesia, paling lambat di kelas 3 SD, sudah tuntas kompetensi dasar membaca.

Baca juga: Orang Muda Gagas Gerakan Literasi, dari Puskesmas sampai Penjara Anak

Hal senada disampaikan Ketua 1 Pokja Literasi Kaltara Thajuddin Noor. Dia mengatakan, untuk membangun SDM berkualitas, pemerintah harus memperbaiki keterampilan membaca mulai dari kelas awal (kelas 1-3 SD).

Selanjutnya Thajuddin mengatakan, ada lima poin yang harus Presiden Jokowi perbaiki, yaitu:

1. Menuntaskan kompetensi dasar membaca

Pemerintah harus benar-benar membuat kebijakan untuk memastikan anak tuntas kompetensi dasar membaca paling lambat kelas 3 SD. Kelas awal (kelas 1-3 SD) merupakan fase penting untuk membentuk kesiapan anak belajar di kelas selanjutnya.

Di kelas awal, anak belajar untuk bisa membaca, berhitung dan menulis. Di kelas selanjutnya (kelas 4-6 SD), anak menggunakan keterampilan membaca, berhitung dan menulis untuk mempelajari mata pelajaran lainnya.

Jika anak tidak terampil membaca di kelas 3, maka mereka akan kesulitan belajar dan berkembang di kelas selanjutnya. Mereka tidak mampu memahami mata pelajaran yang harus dipahami lewat kegiatan membaca. Ketidakberhasil belajar dan berkembang seperti ini disebut Effect Matthew.

2. Memperbanyak penyediaan buku nonteks pelajaran

Sangat penting untuk memastikan ketersediaan buku non teks pelajaran yang sesuai dengan usia dan minat anak.

Terutama untuk siswa kelas awal. Selama ini buku-buku yang tersedia di sekolah, perpustakaan, TBM dan masyarakat didominasi buku-buku yang memiliki teks panjang dan isinya tidak menarik bagi anak.

3. Peningkatan kompetensi guru, pegiat dan relawan

Cara belajar anak dan cara mengajar guru merupakan dua faktor utama yang menentukkan hasil berlajar anak.

Mengubah cara mengajar guru akan mempengaruhi mutu pendidikan. Guru-guru kelas awal harus dilatih agar mampu mengajarkan 5 tahapan membaca dengan baik. Cara-cara mengajar konvensional selama ini, ternyata tidak cukup berhasil meningkatkan keterampilan membaca anak.

Baca juga: Kemah Literasi Kaltara 2020, Konsolidasikan Gerakan Literasi

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com