KOMPAS.com - Perkembangan otak manusia dimulai sejak awal pembuahan dan terus berkembang sampai lahir dan hampir sempurna pada usia dewasa muda.
Sebelum lahir, otak memproduksi sel saraf (neuron) sejak alur saraf dibentuk pada minggu ke-3 dan berkembang cepat seiring usia kehamilan.
Selama dalam kandungan, rata-rata pertumbuhan sel otak sekitar 250.000 per menit sehingga pada saat lahir sudah terbentuk 100 milyar sel saraf.
Antara satu sel saraf dengan sel-sel saraf lainnya dihubungkan oleh sinaps dan setelah lahir pembentukan sinaps ini berjalan sangat cepat dan pada puncak pembuatannya maka dalam satu detik bisa terbentuk 2 juta sinaps.
Hal yang mencengangkan adalah satu sel saraf bisa membuat hubungan sampai dengan 10.000 sel-sel saraf lainnya. Ini dapat dianalogikan seperti tersedianya 10.000 jalan tol untuk membawa barang antara dua kota atau tersedianya 10.000 sambutan telepon untuk menyalurkan informasi antara satu rumah ke rumah-rumah lainnya.
Sel-sel saraf yang telah ada membentuk cabang utama yang disebut akson. Selain itu, sel saraf juga membentuk percabangan yang lebih kecil lagi. Ini disebut dendrit.
Pembentukan dendrit-dendrit amat cepat dan masif. Fungsi transmisi bioelektrik dari sel saraf disempurnakan dengan dibentuknya mielin yang membungkus akson.
Pada periode ini juga terjadi percabangan-percabangan dendrit yang sangat rimbun (wiring). Sejalan dengan dibentuknya dendrit dalam jumlah yang luar biasa tersebut, pada periode ini terjadi juga pembentukan sinaps berupa hubungan antara dua sel saraf yang dibentuk oleh ujung dari akson satu sel saraf yang menempel ke dendrit dari sel yang lain.
Di pertemuan itu ada celah antara ujung dari akson dan ujung dari dendrit yang disebut dengan sinaps (LeDoux, J, 2002).
Bila dua sel saraf yang telah terhubung melalui sinaps mendapat rangsangan maka kedua sel saraf tersebut secara elektrik aktif. Dan kalau rangsangan ini terjadi berulang-ulang maka ikatan antara kedua sel saraf ini akan menjadi semakin kuat (cells that fire together wire together).
Untuk menguatkan hubungan antara dua sel saraf agar sel saraf tetap aktif dan kuat diperlukan stimulasi sensori-motorik sehingga menghasilkan hubungan elektrik antara kedua sel saraf tersebut.
Salah satu keistimewaan sel saraf adalah setiap menerima rangsangan atau stimulus baru sel saraf akan melahirkan sambungan baru atau memperkuat sambungan yang sudah ada.
Namun, bila dua sel saraf yang terhubungkan dengan sinaps tidak mendapatkan rangsangan maka sinaps-sinaps tersebut akan mati. Dengan demikian sangat penting untuk memastikan agar sel-sel saraf dan sinaps-sinaps tersebut menerima rangsangan sehingga berkembang dan tidak mati karena tidak dirangsang (use it or lose it).
Rangsangan pada masa kanak-kanak juga merupakan hal sensitif dan kritikal karena jumlah sinaps yang terbentuk dan aktif merupakan penentu kemampuan literasi, perilaku, dan kesehatan.
Kebutuhan gizi buat pertumbuhan dan perkembangan dibagi atas dua bagian yaitu kebutuhan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak dan kebutuhan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral.
Pengaruh zat gizi makro pada struktur anatomi otak bekerja melalui proses pembelahan sel-sel saraf yang akan menentukan jumlah dari sel-sel saraf dan melalui proses pertumbuhannya yang akan menentukan ukuran sel saraf serta melalui proses perkembangan sel-sel saraf menuju terbentuknya sel saraf dengan komponen yang lengkap (akson, dendrit, sinaps, dan komponen lain).
Dalam proses pembelahan, pertumbuhan, dan perkembangan sel-sel saraf ini dibutuhkan energi, protein, dan lemak yang cukup.
Dalam keseluruhan proses pertumbuhan dan perkembangan otak maka protein-energi menjadi zat gizi makro yang sangat dibutuhkan.
Kekurangan asupan protein-energi pada ibu hamil muda di bawah 24 minggu, akan menyebabkan jumlah sel-sel otak berkurang, sedangkan kekurangan asupan pada protein-energi pada akhir kehamilan akan menyebabkan ukuran sel saraf menjadi kecil. Kekurangan asupan protein-energi yang berat pada ibu hamil dapat menurunkan berat otak anak sampai 25 persen (Jansen E, 2006).
Zat gizi mikro yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan otak adalah iodium, asam folat, zat besi, seng, tembaga, vitamin D, vitamin A, vitamin E, vitamin B (B1, B6, B12), cholin, dan vitamin C.
Iodium adalah zat gizi mikro yang paling penting dalam mencegah gangguan otak yang dapat menimbulkan menurunnya kemampuan intelektual, melambatnya kemampuan psikomotor dan menyebabkan retardasi mental.
Iodium berperan dalam membentuk hormon tiroid yang berfungsi untuk diferensiasi sel saraf, migrasi sel saraf dan pembentukan jaringan antar sel saraf serta dalam pembentukan sinaps. Asam folat berfungsi untuk pembentukan tabung saraf dan zat besi dibutuhkan untuk pembentukan mielin serta mendukung metabolisme energi di sel saraf.
Adapun vitamin dan mineral lainnya diperlukan untuk membantu pembentukan neurotransmitter, untuk pembentukan dan pengembangan struktur sel saraf dan untuk memproteksi sel saraf dari berbagai ancaman.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan yang disebabkan oleh kekurangan asupan gizi kronik serta karena terjadinya infeksi yang berulang terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, di Indonesia terdapat 30,8 persen anak mengalami stunting, itu berarti 3 dari setiap 10 anak Indonesia mengalami stunting.
Kalau tidak diintervensi dengan kecukupan gizi yang memadai dan stimulasi yang beragam serta efektif, maka anak stunting akan kehilangan masa depannya karena pertumbuhan otaknya terganggu yang berdampak pada kecerdasan, pertumbuhan fisiknya tertinggal yang berdampak pada rendahnya produktivitas dan daya tahan terhadap penyakit, serta pada usia dewasa akan lebih rentan untuk diserang oleh penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, dan penyakit kencing manis.
Perhatian untuk pencegahan stunting harus sudah dimulai sejak dari kecukupan gizi remaja dan calon pengantin, pola makan ibu semasa kehamilan, memastikan bayi baru lahir mendapat susu jolong pada 1 jam pertama sesudah kelahiran dan hanya memberikan ASI secara ekslusif selama 6 bulan serta memberikan makanan pendamping ASI yg sesuai sampai umur dua tahun, sambil meneruskan pemberian ASI, dan dilanjutkan dengan memberikan gizi seimbang pada umur berikutnya.
Selain itu pemberian rangsangan atau stimulasi pada anak usia dini dengan bermain, berinteraksi dan berkomunikasi juga sangat berpengaruh pada kecerdasan anak.
Kita bersyukur pemerintah, mulai dari Presiden Joko Widodo beserta kabinetnya, gubernur, bupati/walikota, dan camat sampai kepala desa beserta jajarannya, menunjukkan komitmen yang tinggi untuk mencegah stunting baru dan menanggulangi stunting yang sudah ada dengan menjadikan program stunting adalah proritas nasional didukung dengan pendanaan yang sangat memadai.
Tapi itu belum cukup. Mengingat penyebab stunting sangat komplek dan memerlukan kerjasama lintas sektor dan lintas jenjang pemerintahan serta lintas pelaku, maka partisipasi dari organisasi internasional dan pihak swasta seperti Tanoto Foundation dibutuhkan sebagai katalisator untuk membantu pemerintah pusat, daerah, dan juga masyarakat supaya semua anak mendapatkan hak mereka untuk bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dalam rangka menyambut Hari Gizi Nasional 2020, mari kita gelorakan semangat “penanggulangan stunting itu penting” melalui penyadaran akan pentingnya gizi dan stimulasi guna menciptakan generasi muda cerdas yang bisa memberikan sumbangsih bagi kesejahteraan dan kejayaan bangsa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.