Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Tawuran Pelajar, SMA Yogya Ini Punya Cara Ampuh Bikin Jera

Kompas.com - 07/02/2020, 13:13 WIB
Albertus Adit,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Kasus tindak kekerasan yang berujung kriminalitas di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bernama klitih akhir-akhir ini merebak di Yogyakarta. Bahkan kebanyakan para pelaku masih berstatus pelajar atau siswa sekolah.

Ternyata, tindak kekerasan itu juga tak lepas dari asal muasal geng pelajar. Kebanyakan, geng pelajar juga sering melakukan aksi tawuran sesama pelajar.

Namun ternyata, ada cara jitu agar siswa yang terlibat melakukan pelanggaran khususnya tawuran bisa bertobat atau "kapok". Lantas bagaimana caranya?

Baca juga: Klitih Marak di DIY, Ini yang Bikin Kadisdik Jengkel

Ada pembinaan khusus

Saat dihubungi Kompas.com, Jumat (7/2/2020), Kepala SMAN 1 Pakem Sleman DIY, Kristya Mintarja MEd menceritakan pengalamannya dalam mendidik siswa yang terlibat aksi tawuran pelajar.

"Siswa yang melakukan pelanggaran atau penyimpangan ini kami beri pembinaan. Ini bukan suatu hukuman, tetapi mereka (pelaku tawuran) kami beri pembinaan khusus," ujar Kristya.

Pembinaan khusus itu ternyata dilakukan di luar sekolah. Yakni, pihak SMAN 1 Pakem melakukan kerjasama dengan Batalyon Infanteri 403 Yogyakarta.

Diberi materi bela negara dan kedisiplinan

Tujuannya, siswa yang terlibat tawuran diberi pembinaan oleh anggota TNI AD di batalyon tersebut selama 6 hari. Di tempat itu, sebanyak 33 siswa yang melakukan pelanggaran menginap dan diberi berbagai materi khususnya bela negara.

"Kami sebagai pendidik di sekolah tidak punya kapasitas untuk memberi pembinaan khusus, sehingga kami bekerjasama dengan Batalyon Infanteri 403," katanya.

"Disana, siswa diberi konten materi kebangsaan, bela negara, dan kedisiplinan. Jadi, siswa tidak sepenuhnya dilatih fisik. Tetapi mereka diperlihatkan bagaimana prajurit TNI mengorbankan dirinya demi bangsa dan negara. Di sana, siswa bisa dikasih tahu susahnya jadi prajurit, tapi kenapa kamu malah tawuran," terang Kristya.

Ketika di Batalyon 403 itu, siswa diajak untuk berlari lapangan namun hanya seberapa kuat saja. Kalau capek maka siswa boleh berhenti. Ini hanya untuk memperlihatkan susahnya menjadi prajurit TNI AD.

Ketika diberikan materi bela negara, siswa menjadi lebih paham dan lebih disiplin. Bahkan siswa cenderung tidak mengulang perbuatan negatif atau menyimpang seperti sebelum masuk batalyon itu.

Baca juga: Polisi Bentuk Grup Whatsapp Bersama Warga untuk Cegah Tawuran

Untuk ikut pembinaan, pihaknya sebelumnya meminta izin orangtua/wali siswa. Hasilnya, mereka mendukung. Di sana, pembiayaan ditanggung masing-masing orangtua.

Pulang langsung ajak shalat orangtua

Ada cerita unik dari orangtua yang anaknya ikut pembinaan khusus tersebut. Menurutnya, ketika pulang dari pembinaan, sang anak tiba-tiba mengajak shalat orangtuanya.

"Tadinya, orangtua ini menolak keras jika anaknya ikut pembinaan di TNI AD. Alasanya tidak mau dimiliterisasi. Tetapi ternyata hasilnya diluar dugaan orangtua itu," katanya.

"Dia bercerita, anaknya pulang dari pembinaan kemudian mengetuk pintu kamar bapaknya untuk mengajak shalat subuh. Padahal seumur-umur belum pernah mengajak shalat subuh. Dan bapak itu sampai menangis terharu karena anaknya sudah berubah total," ujar Kristya.

Kini, tak ada lagi tawuran pelajar

Kristya yang pernah mendapat predikat sebagai Kepala Sekolah Berprestasi Nomor 1 tingkat Kabupaten Sleman dan nomor 3 di DIY pada 2015 tersebut ternyata sudah menerapkan cara ampuh ini sejak dia menjabat Kepala SMAN 1 Turi Sleman.

Ketika itu, ada kasus tawuran pelajar yang melibatkan siswanya pada 2013. Kemudian dia berpikir untuk memberikan pembinaan di Batalyon Infanteri 403.

Saat dia dipindah di SMAN 1 Pakem, ternyata ada siswanya yang ikut tawuran pada 2014 dan kemudian dibina di tempat yang sama yakni di Batalyon Infanteri 403.

Kini, di sekolahnya tidak ada lagi kasus tawuran pelajar. Karena siswa enggan dan sudah diberi tahu kalau ada tindakan pelanggaran atau penyimpangan maka akan dibina di Batalyon Infanteri tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com