BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Beswan Djarum

Mau Jago Public Speaking? Simak Dulu Tips Ini

Kompas.com - 18/02/2020, 18:09 WIB
Anissa DW,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com – Siang itu, puluhan mahasiswa sedang mengikuti sesi workshop tentang komunikasi dan public speaking.

Di tengah-tengah sesi, seorang anak laki-laki tiba-tiba mengangkat tanganya. Setelah dipersilakan, mahasiswa bernama Aurelio (20), itu kemudian mengutarakan pertanyaannya.

Pertanyaannya sederhana. Bagaimana dirinya yang cadel alias tidak bisa melafalkan huruf ‘R’ dapat melakukan public speaking dengan baik?

“Saya juga cadel kok. Enggak bisa ngomong ‘R’. Tapi kalian sadar enggak kalau saya cadel? Itu karena saya menutupi kekurangan dengan hal lain yang lebih baik,” jawab sang pemateri, Riko Anggara.

Hal tersebut Riko sampaikan dihadapan 62 orang penerima beasiswa Djarum Beasiswa Plus angkatan 2019/2020, di acara Leadership Development batch IV. Acara itu diselenggarakan, di Hotel Harris, Gubeng, Surabaya, Senin (10/2/2020).

Menurut Eksekutif Produser dan Penyiar Berita Kompas TV itu, lebih baik fokus pada kelebihan yang dimiliki daripada sibuk memikirkan soal kekurangan. Sebabnya, cadel bisa ditutupi dengan cara berbicara dan penguasaan materi.

Tak hanya itu, Riko juga membagikan berbagai tips dan trik berkomunikasi dan berbicara di depan umum lainnya berikut ini.

Adanya timbal balik

Namun demikian, Riko menegaskan, inti dari berbicara atau menyampaikan gagasan di depan umum adalah resiprokal atau adanya timbal balik antara pembicara dengan audiensnya.

“Percuma kalau cara ngomongnya sudah bagus, tapi tidak dapat respon atau timbal balik dari audiensnya,” ucap Riko.

Karena itulah, lanjut Riko, public speaking tidak hanya sebatas berbicara di hadapan banyak orang. Namun, juga membuat interaksi dengan audiens agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik.

Pria berkaca mata itu menjelaskan, cara pertama untuk menarik perhatian audiens, yakni dengan melakukan kontak mata. Coba pilih beberapa audiens untuk melakukan kontak mata, bukan melihat semua orang yang hadir.

“Selain alasan resiprokal, melakukan kontak mata bisa membuat audiens merasa spesial, sehingga timbul ketertarikan. Kalau ada ketertarikan, berarti ada minat untuk mendengarkan,” terang Riko.

Tak hanya kontak mata, senyum juga memiliki fungsi serupa untuk menarik perhatian audiens. Riko menyarankan untuk memberikan senyum agar wajah tampak ramah dan menyenangkan.

Perhatikan isi pesan

Soal isi atau materi yang hendak disampaikan saat berbicara di depan orang banyak, Riko juga punya tips tersendiri.

Misalnya, menggunakan kalimat deskriptif, alih-alih kata sifat, seperti baik, cantik, hebat, dan sebagainya. Pasalnya, setiap orang memiliki pandangan dan standar berbeda-beda dalam mengartikan kata sifat.

Perlakukan audiens lebih manusiawi dengan menempatkan diri di posisi penonton. Karena, menurut Riko, seorang pembicara yang baik tidak membuat audiensnya merasa digurui.

Eksekutif Produser dan Penyiar Berita Kompas TV, Riko Anggara saat menyampaikan materi tentang Efective Oral Communication dalam acara Leadership Development batch IV, Djarum Beasiswa Plus angkatan 2019/2020, di Hotel Harris Gubeng, Surabaya, Senin (10/2/2020).KOMPAS.com/ANISSA DEA WIDIARINI Eksekutif Produser dan Penyiar Berita Kompas TV, Riko Anggara saat menyampaikan materi tentang Efective Oral Communication dalam acara Leadership Development batch IV, Djarum Beasiswa Plus angkatan 2019/2020, di Hotel Harris Gubeng, Surabaya, Senin (10/2/2020).

“Buatlah diri kamu seolah-olah seperti teman yang sedang bercerita agar audiens bisa menerima pesan yang ingin kamu sampaikan,” imbuhnya.

Selain itu, pastikan informasi yang disampaikan menarik dan memiliki kebaruan atau informasi yang belum diketahui oleh audiens, yang disebut juga dengan Aha Moment.

Aha moment merupakan saat di mana penonton mengatakan ‘Ohh…’ ketika mendengar informasi yang disampaikan. Dengan begitu, audiens bisa lebih tertarik untuk mendengarkan apa yang pembicara katakan.

Pintar memosisikan diri

Sebagai orang yang berbicara di depan publik, hal lain yang harus dilakukan adalah pintar memosisikan diri serta memilih gaya bahasa yang sesuai dengan audiensnya.

“Tidak harus dipukul rata semua. Kalau bicara di depan Presiden, misalnya, bicaralah dengan formal. Kalau bicara di depan anak muda atau teman sebaya, pakailah gaya yang lebih santai,” papar Riko, yang juga menjadi dosen public speaking itu.

Gestur tubuh pun penting untuk diperhatikan. Riko mengatakan, pembicara harus “sadar” dan mengontrol dengan semua yang gestur dan gerakan tubuh yang dilakukan.

Ketika sudah berada di depan audiens seorang pembicara harus selalu tampil profesional, menunjukkan raut wajah menyenangkan. Jika perlu, lanjut Riko, gunakan public face atau wajah yang tampak ramah dan menyenangkan di mata orang lain.

“Bukan berarti harus terlihat senang terus atau jadi orang lain ya, tapi pandailah memosisikan diri. Tahu kapan waktunya harus tampil menyenangkan dan kapan bisa menjadi diri sendiri,” cerita Riko yang disambut dengan anggukan tanda mengerti dari peserta workshop.

Salah satu peserta workshop, Santa Pricilia Gabriel Tulenan (19) mengaku, materi yang diberikan Riko sangat menarik dan menambah pengetahuannya tentang public speaking.

“Sebenarnya saya sejak SD sudah sering ikut lomba public speaking dan punya sedikit pengalaman di bidang ini. Waktu SMP pernah menjabat sebagai ketua OSIS. Jadi, cukup terbiasa berbicara di depan banyak orang,” ucap Santa.

Namun demikian, materi yang disampaikan Riko membuat mahasiswa semester 6 Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara ini sadar bahwa public speaking tidak selalu monoton, seperti saat berpidato.

“Kita perlu juga interaktif. Membuat orang yang mendengarkan itu tertarik dan memberikan perhatian lebih,” kata Santa usai mengikuti acara Leadership Development hari kedua.

Sebagai informasi, acara Leadership Development batch IV tersebut diselenggarakan Djarum Foundation di Surabaya, pada 10-12 Februari 2020. Selama 4 hari para Beswan Djarum diberikan materi pengembangan soft skill, yakni future skill, writing skill, public speaking, dan motivasi.

Selain di acara Leadership Development, seluruh Beswan Djarum juga mendapat pelatihan soft skill lainnya lewat Character Building, Competition Challenges, International Exposure, serta Nation Building.

Semua pelatihan soft skill itu diberikan agar para generasi masa depan bangsa tersebut dapat menjadi pemimpin yang memiliki kapabilitas dan pandai menyampaikan pendapatnya di depan publik.


komentar di artikel lainnya
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com