KOMPAS.com - Sabtu (22/2/2020) siang, sejumlah orang baik muda maupun tua tampak serius memegang canting batik. Tangannya meliuk-liuk mencoba mewarnai lembaran kain hingga menjadi batik.
Mereka tampak berbincang dengan perajin batik tulis. Sesekali perajin batik tulis juga membantu mengarahkan tangan-tangan peserta Workshop Batik yang diselenggarakan di Synthesis Kemang-Marketing Gallery, Jakarta.
Workshop membatik tersebut diselenggarakan oleh Yayasan Batik Indonesia. Saat itu, pelatihan dipimpin oleh instruktur dari Rumah Batik Komar Bandung, Komarudin Kudiya.
Baca juga: Dilirik Jokowi, Cerita Pengusaha Batik yang Bisa Raup Untung Rp 50 Juta di Pameran
Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia, Yantie Airlangga mengatakan peserta workshop membatik ini berasal dari kalangan wartawan. Menurutnya, pelatihan untuk wartawan ini diberikan agar bisa membantu mensosialisasikan batik tulis kepada masyarakat.
"Kegiatan ini menjadi jendela masyarakat bagaimana mengenai proses membatik yang baik. Kami punya hastag #batikbeneran di mana kita mengedukasi batik, harus menghargai karya dari pembatik-bati langsung bukan print," kata Yantie kepada Kompas.com.
Bagi Yantie, batik tulis memiliki nilai yang luhur. Batik tulis adalah sebuah ungkapan jiwa dari para pembatik.
"Pembuatan batik itu proses yang benar adalah yang menggunakan lilin panas. Selain itu bukan batik. Batik itu juga dibuat penuh ungkapan jiwa," tambah Yantie.
Pembuatan batik memiliki proses yang panjang mulai dari penyiapan kain, pola batik, lilin panas, hingga mulai membatik. Kesabaran dan ketelitian penuh juga dibutuhkan dalam proses membatik.
"Membuat batik itu bukan speerti foto kopi. Membuat batik, itu penuh emosional dan penuh dengan ide-ide. Batik itu juga punya perasaan," kata Yantie.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan