KOMPAS.com - Ketersediaan bahan pokok seperti gula mulai langka sejak awal Maret 2020. Membuat harga gula melonjak di pasaran.
Pakar ekonomi pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Masyhuri mengatakan, kelangkaan ini di antaranya disebabkan permintaan yang tinggi menjelang hari raya Idul Fitri dan panic buying karena pandemi Covid-19.
"Stok yang masih ada diborong masyarakat karena untuk persediaan bulan puasa dan lebaran karena masyarakat kan konsumsi gulanya tinggi di bulan-bulan itu. Lebih-lebih, ditambah pandemi yang tidak tahu kapan berakhir, ini akan menambah jumlah yang harus disimpan," papar Masyhuri seperti dilansir dari laman resmi UGM, Selasa (5/5/2020).
Walau begitu, Masyuri berpendapat, pasokan gula akan kembali ada di pasar bulan Juli.
Baca juga: 8 Cara Atasi Bibir dan Kulit Kering Saat Puasa dari Ahli Kulit UGM
"Bulan Mei merupakan awal musim giling sehingga gula diperkirakan akan tersedia di pasar pada bulan Juli mendatang," terangnya.
Masyhuri mengungkapkan, kelangkaan sejumlah bahan pokok tidak langsung bisa dilihat sebagai indikasi krisis pangan di Indonesia.
Kondisi ini, menurutnya, tidak akan mengarah pada krisis pangan jika pandemi Covid-19 dapat berakhir dalam waktu dekat.
Hanya saja, potensi krisis pangan bisa muncul jika pandemi ini berkepanjangan.
“Bila pandemi ini panjang produksi berkurang karena input yang digunakan berkurang. Produksi input seperti pupuk dan pestisida juga akan berkurang,” terangnya.
Baca juga: Beasiswa S1 di Sekolah Tinggi Hukum, dari Biaya Kuliah hingga Hidup
Tak hanya terjadi di Indonesia, lebih lanjut Masyhuri menjelaskan, pandemi Covid-19 cukup memengaruhi sektor pangan dunia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.