Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ITB Kembangkan Ruang Isolasi Individu Bertekanan Negatif

Kompas.com - 07/05/2020, 15:52 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan ruang isolasi individu bagi pasien Covid-19. Hal ini dilakukan karena adanya peningkatan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia.

Lantaran jumlah pasien meningkat, maka dibutuhkan ruang perawatan intensif dengan fasilitas memadai. Di rumah sakit, tentu ruang perawatan intensif banyak yang penuh atau malah minim.

Untuk itulah, akademisi ITB Ir. V. Sri Harjati Suhardi, Ph.D., bersama timnya tengah mengembangkan ruang isolasi individu bagi pasien Covid-19.

Baca juga: Tim Dosen ITB Kembangkan Ventilator Portabel Teknologi Ambu-Bag

Pembuatan ruang isolasi individu ini dikerjakan bersama alumni Yayasan Loedroek ITB dan saat ini dalam tahap pembuatan prototipe.

Dengan didanai Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB, pembuatan ruang isolasi individu ini sudah berjalan enam minggu sejak dimulai sekitar minggu kedua pada Maret 2020.

Namun untuk dana yang dibutuhkan dalam pembuatan prototipe tersebut, dirinya belum dapat mengestimasikan untuk membuat satu unit ruang isolasi ini karena prototipenya belum selesai dibuat.

Dirancang bertekanan negatif

Dijelaskan, ruang isolasi individu ini dirancang memiliki tekanan negatif. Artinya, tekanan udara dalam ruang isolasi lebih rendah daripada tekanan udara di luar ruang isolasi.

Dengan desain ini, jika terdapat aerosol dari pasien, udara yang ada dalam ruang isolasi akan keluar dari ruangan melewati HEPA Filter, sehingga tidak ada sebaran keluar atau akan menginfeksi orang lain.

Adapun ukuran ruang isolasi itu ialah 5m x 3m dan terdiri atas ruang utama (3x3m) dan ruang antara (ante room, 2x2 m).

Ruang utama nantinya akan menjadi ruang isolasi bagi pasien Covid-19 pada tahap PDP (pasien dalam pengawasan). Sementara ruang antara merupakan ruang yang diperuntukkan bagi petugas medis.

"Ide awal pembuatan ruang ini memang diperuntukkan bagi rumah sakit dan fasilitas kesehatan," ujar Dosen Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Prodi Mikrobiologi ini seperti dikutip dari laman resmi ITB, Rabu (6/5/2020).

Ada sistem desinfektan

Ruang isolasi individu ini bisa untuk satu pasien, juga bisa untuk dua pasien jika keadaan mendesak. Penggunaan ini tidak membahayakan pasien maupun petugas medis karena ruang isolasi ini memiliki sistem desinfeksi menggunakan ozon.

Sebelum ruangan dimasuki, ruang juga disterilisasi terlebih dahulu. Modul ini dapat digunakan hingga jangka waktu satu tahun dengan perawatan ruang menjadi tanggung jawab rumah sakit sesuai dengan manajemen APD (alat pelindung diri).

Harapannya, ruang isolasi ini dapat menjadi solusi bagi pasien yang harus diisolasi namun tidak dapat ditampung di rumah sakit darurat.

Tak hanya itu saja, ruang isolasi ini juga dapat digunakan di rumah dan ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan, atau tidak harus berukuran 5m x 3m.

Aman meski ditempatkan di rumah

Meskipun isolasi menggunakan ruangan ini dilakukan di rumah, anggota keluarga lain tetap aman dan tidak terinfeksi apabila ruang isolasi yang dimodifikasi dibuat sesuai prototipe.

Namun Renni Suhardi, sapaan V. Sri Harjati Suhardi bersama timnya juga sedang mengembangkan prototipe yang lebih lebih kecil dan lebih sederhana daripada 5m x 3m.

Baca juga: Di SBMPTN 2020 ITB, 1 Fakultas Ini Daya Tampungnya Kecil

"Tidak hanya dapat digunakan di rumah, ruang isolasi individu ini juga dapat digunakan oleh mahasiswa yang indekos dengan tetap mempertimbangkan keberadaan orang yang merawat pasien apabila pasien tinggal di kos," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com