Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirjen Vokasi: Link and Match Untungkan Industri

Kompas.com - 08/05/2020, 22:40 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com - Direktur Jendral (Dirjen) Pendidikan Sekolah Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Wikan Sakarinto mengatakan Link and Match akan menguntungkan pihak industri bila dilakukan secara komprehensif.

Kualitas lulusan pendidikan vokasi nantinya akan jauh lebih sesuai dengan kebutuhan industri.

"Serta, bring industries to school and campus akan membuat siswa dan mahasiswa lebih cepat memahami dunia kerja. Sehingga, diharapkan cost atau biaya yang dikeluarkan oleh industri untuk men-training karyawan atau pegawai baru, bisa ditekan jauh lebih rendah. Serta waktu adaptasi lulusan baru di dunia kerja akan jauh lebih cepat dan berkualitas," kata Wikan dalam keterangan tertulis.

Baca juga: Mantan Dekan UGM Wikan Sakarinto Dilantik jadi Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud

Menurutnya, industri akan mendapatkan sumber daya manusia yang lebih baik, lebih kompeten, lebih siap kerja dan lebih unggul.

Dengan demikian, diharapkan akan meningkatkan produktifitas dan menghadirkan inovasi-inovasi baru sehingga industri akan survive dan berkembang dengan lebih baik.

"Menikah" dengan Indusri

Ia mengatakan SMK, kampus-kampus vokasi serta lembaga pelatihan keterampilan di Indonesia harus 'menikah' dengan industri atau dunia kerja sebagai user lulusan.

"Konsep 'Link and Match' ini sebenarnya sudah cukup lama dicetuskan dan diupayakan terwujud di Indonesia. Tidak sedikit SMK dan kampus vokasi yang sudah melakukannya, atau mungkin mulai melakukannya dengan pihak industri/user lulusan," kata Wikan.

Menurutnya, Link and Match tak sekedar Memoranding of Understanding (MoU) yang diberitakan di media massa. Prinsipnya, Link and Match harus betul-betul dalam dan sustain/berkelanjutan, 'pernikahan' tersebut, dan menguntungkan seluruh pihak.

Menurutnya, tingkat kedalaman "pernikahan" bisa ditunjukkan dengan indikator seperti kesesuaian, kolaborasi program magang, sertifikasi kompetensi pengajar, komitmen penyerapan tenaga kerja dari lulusan vokasi, dan sertifikasi kompetensi lulusan.

"Kurikulum harus sesuai dengan kondisi real work, dan didukung oleh beberapa industri/user lulusan yang bereputasi, serta menjawab kebutuhan skills dan kompetensi masa depan," kata Wikan.

Baca juga: Dirjen Vokasi: Pendidikan Vokasi harus Menikah dengan Industri

Program Magang/Praktek Kerja Industri minimal 1 semester atau lebih. Pengelolaan dikelola bersama antara sekolah atau kampus bersama pihak industri dengan sangat baik dan terkonsep.

"Jumlah dosen tamu/praktisi/expert dari industri/dunia kerja yang mengajar di SMK dan kampus vokasi harus semakin tinggi dan intensif," ujar Wikan.

Dari segi SDM, guru-guru SMK, dosen-dosen vokasi di politeknik, universitas, institut, sekolah tinggi, akademi dan akademi komunitas harus memiliki sertifikasi kompetensi yang diakui oleh industri dan dunia kerja.

"Industri harus berkomitmen dalam penyerapan lulusan pendidikan vokasi, dengan skema penghargaan dan skema karir yang baik," kata Wikan.

Selanjutnya, sertifikasi kompetensi yang diakui industri/user lulusan bagi lulusan SMK dan lulusan Pendidikan Tinggi Vokasi sehingga melengkapi ijazah dan kemampuan bahasa asing yang baik ketika memasuki dunia kerja.

"Dan, masih ada beberapa contoh-contoh lainnya seperti beasiswa industri atau ikatan dinas bagi siswa dan mahasiswa vokasi, bantuan dari industri dalam bentuk donasi alat-alat laboratorium, dan sebagainya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com