Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirjen GTK: Merdeka Belajar, Membangun Kualitas Belajar Holistik

Kompas.com - 04/06/2020, 22:16 WIB
Irfan Kamil,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam Temu Wicara Pemangku Kepentingan Program Pintar Tanoto Foundation, Direktur Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Iwan Syahril memberikan penjabaran arah kebijakan Dirjen GTK, salah satunya terkait Merdeka Belajar.

Konsep yang digagas "Mas Menteri" Nadiem Makarim memiliki tujuan jelas yaitu bagaimana kualitas belajar murid kualitas yang holistik.

Menurut Iwan, “merdeka bukan berarti merdeka asal-asalan, seperti halnya Indonesia merdeka bukan berarti Indonesia negara asal-asalan, kita memiliki tujuan yang jelas, kita memiliki konsep yang jelas.” 

Ia melanjutkan, “ tujuan utama merdeka belajar adalah murid. Murid adalah hal terpenting, apapun yang kita lihat di Kemendikbud dan semua pemangku kepentingan melihat hal yang sama.” 

Iwan menegaskan, "orientasi kita adalah murid, bukan individu, bukan daerah, bukan kelompok, bukan golongan, tapi adalah murid, anak-anak Indonesia." 

Baca juga: New Normal Pendidikan yang Berorientasi Pada Siswa

"Murid dalam konsep ini adalah hasil belajar murid, kualitas belajar murid kualitas yang holistik," tambah Iwan.

"Kalau memakai bahasa Ki Hadjar Dewantara: tumbuh kembang secara cipta, rasa, karsa dan raga. Cipta artinya secara kognitif, rasa secara afektif, karsa itu kemauannya dan raga itu fisiknya," jelas Iwan.

Perubahan asesmen

Di abad 21 perubahan berkembang begitu cepat, begitu pula dengan kompetensi. Kemendikbud merubah asesmen dari UN menjadi asesmen kompetensi minimum dan karakter.

"UN itu berfokus pada penguasaan konten sementara kompetensi minimum dan karakter berfokus kepada skill atau keterampilan yang sifatnya fleksibel," kata Iwan

"Literasi dan numerasi yang di gagas dalam asesmen kompetensi minimum ini yang sifatnya lintas mata pelajaran dan karakter softskill itu sangat di butuh kan di abad ke 21," ujarnya.

Sementara pada generasi muda diprediksi ke depan berpindah pekerjaan 4 sampai 5 kali adalah hal sangat normal, sangat lumrah.

"Ini karena percepatan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi itu membuat bidang pekerjaan jadinya manusia sudah tidak terpakai digantikan oleh mesin sehingga harus menemukan bidang lain jadi dibutuhkan kemampuan," ujarnya.

Ia melanjutkan, "ketika kita fokus pada penguasaan konten saja ini kemudian menjadi tidak berhasil nantinya jadi dibutuhkan kemampuan yang fleksibel secara kognitif dan secara karakter."

Konsep penggerak

"Lalu selain hasil belajar yang sifatnya holistik dalam konsep merdeka belajar ada konsep namanya Penggerak. Esensinya adalah berdaya," ucap Iwan.

"Penggerak memiliki dimensi sosial, ada tanggung jawab sosial. Ini adalah esensi dari nilai gotong-royong, yaitu kalau dia sudah baik akan membuat sekitarnya menjadi lebih baik juga, atau sama baiknya atau lebih baik," tambahnya.

"Sekolahpun juga sama, kalau sekolah sudah menjadi sekolah yang baik, tidak cukup sampai disitu, dia terus memiliki tanggung jawab sosial empati kepada sekolah yang lainnya. Supaya bisa menggerakkan mereka sama baiknya, atau lebih baik," kata Iwan.

"Jadi artinya kita maju bersama-sama bergerak bersama-sama itu adalah esensi dari konsep Penggerak," Iwan menegaskan.

Baca juga: Jokowi Minta Sistem Pendidikan Adaptif dengan Perubahan

Sekolah unit inovasi

Iwan mengatakan, "sekolah adalah unit inovasi yang utama. Sebagai contoh USBN digantikan dengan ujian sekolah sendiri. Maksudnya agar sekolah bisa kemudian menjadi ruang memberikan inovasi-inovasi bagaimana asesmen itu dilakukan. Jadi tidak lagi terstandarkan." 

Ia menyampaikan peran kepala sekolah dengan demikian menjadi kepala inovasi dalam ekosistem ini seperti yang diharapkan undang-undang yaitu manajemen berbasis sekolah. Kata Iwan

Ia melanjutkan "fungsi dari pemerintah dalam konteks ini adalah sebagai pemberdaya bukan lagi fokus sebagai controller."

Dengan filosofi, menurutnya, pemerintah tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah sendiri apalagi untuk negara sebesar dan dan sekompleks indonesia.

"Jadi kita butuh gerakan bersama-sama bergotong-royong semua. Hal yang baik bisa kita sinergikan bersama-sama untuk kemajuan pendidikan Indonesia dengan tujuan kepada murid," tutup Iwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com