KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 telah membuat dunia pendidikan mengalami banyak perubahan, namun semangat untuk tetap belajar jangan sampai alami kemunduran.
Dengan semangat menjangkau pendidikan tanpa batas dan penggunaan teknologi yang terintegrasi, Sekolah Cikal tetap memfasilitasi Murid SMA untuk menjalani program pertukaran pelajar dan budaya secara daring.
Sekolah Cikal berhasil menjalankan program pertukaran pelajar dan budaya secara daring antara murid kelas 10 Sekolah Cikal dan Itsukaichi High School, Jepang, selama dua minggu.
Baca juga: 8 Kampus Terbaik Indonesia di Pemeringkatan Dunia QS WUR 2021
Mentor pelaksanaan Cultural Exchange Program (CEP) Sekolah Cikal Elza Lidwina Umboh mengatakan, ide kolaborasi CEP online dilatarbelakangi kerja sama yang telah lama terjalin.
"Namun, karena pandemi ini, murid Itsukaichi High School menunda kedatangan ke Indonesia, begitupun murid Cikal ke Jepang,” tutur Elza atau yang akrab disapa Keke.
Keke menyatakan bahwa ke depannya Cikal dan Itsukaichi High School akan terus memperluas kolaborasi, tak hanya bagi murid, tapi juga guru.
“Kita sudah berencana untuk memperluas kolaborasi yang kita lakukan ke depannya. Kita akan mencoba kolaborasi ini tak hanya dengan murid tapi juga dengan guru," paparnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Baca juga: 10 Poin Rancangan Syarat Pembukaan Sekolah di Zona Hijau oleh Kemendikbud
Miyul Hong, Guru di Itsukaichi High School menuturkan bahwa program CEP secara daring ini merupakan kesempatan bagi murid untuk saling membangun kolaborasi dan komunikasi antarbudaya.
Selain itu, murid-murid juga dapat bertukar pikiran mengenai online learning selama pandemi di sekolah bahkan negara masing-masing.
Dalam setiap pertemuan daring, murid-murid Cikal dan Itsukaichi High School tidak hanya membahas proses belajar di sekolah dan negara masing-masing.
Baca juga: Beasiswa S1-S2 di Sydney Australia, Potongan Biaya Kuliah hingga Rp 96 Juta
Menurut Rinna Nakamoto, murid kelas 10 Itsukaichi High School, melalui pertukaran pelajar daring ia banyak berdiskusi mengenai Covid-19, pariwisata, hingga resep makanan khas dari dua negara, Indonesia dan Jepang.
“Tema kelompok kami ialah tentang apa yang dapat kami lakukan untuk pariwisata di tengah wabah Covid-19. Kami memilih tema ini karena semua orang di grup tertarik dengan pariwisata. Akhirnya, kami memutuskan untuk berbagi resep makanan lokal di setiap wilayah," terang Rinna.
Murid kelas 10 Sekolah Cikal Setu Thalitha Izza menuturkan, pertukaran pelajar daring ini merupakan hal baru yang membuat dirinya antusias untuk memahami kondisi negara lain di tengah pademi.
Baca juga: 8 Perguruan Tinggi BUMN Tawarkan Beasiswa S1, Subsidi Biaya Kuliah
Selain itu, program ini juga membuatnya bersemangat untuk membangun koneksi pertemanan.
"CEP Online adalah sesuatu yang sangat baru, tetapi saya sangat senang dengan program ini karena dapat bertemu teman baru, mengetahui kondisi di luar negeri di tengah pandemi, memiliki wawasan yang lebih luas di kedua lokasi. Ini adalah kesempatan yang baik untuk saling terhubung kembali," tutur Izza.
Selain Izza, ada pula Maizan yang menyatakan bahwa pelaksanaan CEP daring ini membuktikan bahwa dalam berbagai kondisi, program pertukaran budaya di antara pelajar dapat dilakukan meski tidak dapat berjumpa secara langsung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.