KOMPAS.com - Penanganan pasien Covid-19 pada kategori tertentu membutuhkan alat bantu, salah satunya ventilator. Ketersediaan alat yang masih terbatas ini mendorong Universitas Indonesia (UI) untuk melakukan Inovasi pembuatan ventilator lokal.
Melalui terobosan ini, Indonesia diharapkan mampu memenuhi kebutuhan alat medis di masa pandemi. Berhasilnya inovasi ventilator lokal ini menambah capaian di bidang riset dan teknologi, khususnya peralatan kesehatan.
Sebelumnya, Indonesia juga telah mendapatkan sertifikat internasional standar WHO untuk baju alat pelindung diri (APD) dan juga robot karya anak bangsa. Robot tersebut mampu untuk melakukan sterilisasi ruangan pasien Covid-19.
Baca juga: UI Terima Pendanaan Kemenristek/BRIN Rp8,1 Milyar untuk 24 Proposal Riset Covid-19
Menteri Riset dan Teknologi Prof. Bambang Brodjonegoro menyampaikan Indonesia telah siap memproduksi ventilator sendiri. UI mendukung ketersediaan 300 unit ventilator Covent-20 untuk sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19.
Covent-20 adalah Ventilator Transport Lokal Rendah Biaya yang dikembangkan oleh Tim Ventilator UI.
Covent-20 unggul karena telah dinyatakan lulus uji klinis manusia untuk mode ventilasi CMV (Continuous Mandatory Ventilation) dan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) dari Kementerian Kesehatan RI pada 15 Juni 2020.
Mode CMV lebih kompleks dibandingkan dengan mode CPAP, karena mengatur nafas pasien pada saat pasien berada dalam kondisi tidak sadar, dan sepenuhnya fungsi pernafasan diregulasi oleh ventilator.
Selain itu Covent-20 juga telah memperoleh Ijin Edar dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, pada 19 Juni 2020.
“Meskipun barangkali masih ada komponen import di dalam ventilator tersebut, tapi saya sudah diberi informasi bahwa 70% dari ventilator yang bisa disaksikan ini berasal dari Indonesia atau lokal kontennya 70%,” jelas Prof. Bambang mengenai pembuatan ventilator ini pada konferensi pers di Media Center Gugus Tugas Nasional (24/6/2020).
Ventilator ini berhasil dibuat atas kerja sama dua fakultas, yaitu Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknik UI. Sementara itu pendanaan ventilator baik produksi dan distribusi dilakukan atas kerja sama dengan ikatan alumni dan filantropis dengan metode crowd funding.
“Kita masih menunggu tentunya ventilator-ventilator jenis lain karena dari semua ventilator yang sudah mendapatkan ijin edar, belum ada ventilator untuk ICU, namun tidak lama lagi kita akan mendapatkan ventilator untuk ICU sehingga kita memiliki lengkap semua jenis,” tambah Prof. Bambang.
Tidak hanya ventilator, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) BRIN juga sedang memproduksi alat tes PCR dan rapid test. Saat ini jumlah alat rapid test yang sudah diproduksi sudah mencapai 100 ribu dari 2 juta unit yang ditargetkan.
Ia juga menambahkan bahwa Kemenristek BRIN sudah meresmikan Mobile BSL 2 pada minggu lalu (16/6/2020).
“Mobile BSL 2 ini bertujuan untuk menambah jumlah kapasitas pemeriksaan swab test di berbagai tempat di Indonesia,” tambahnya mengenai perkembangan tentang riset dan inovasi terkait Covid-19.
Terakhir, Prof. Bambang mengucapkan apresiasi serta terima kasih kepada seluruh peneliti di Indonesia terutama kepada civitas akademika Universitas Indonesia.