Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menristek: Ini Fokus Prioritas Riset Nasional pada Rakornas PRN 2020

Kompas.com - 13/08/2020, 13:46 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Dalam masa pandemi Covid-19, semua lembaga termasuk pemerintah terus berupaya menghadapinya. Tak hanya mengembangkan vaksin Covid-19, tapi pemerintah juga melakukan berbagai riset demi kemajuan bangsa.

Seperti halnya Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) terus bekerjasama dengan kementerian/lembaga lainnya.

Tujuannya untuk menginisiasi dan melakukan upaya focusing dalam mengkonsentrasikan sumber daya Litbangjirap agar kegiatan riset dapat mencapai produk-produk yang bermanfaat bagi masyarakat.

Adapun kegiatan itu bernama Prioritas Riset Nasional (PRN) yang ditetapkan untuk tahun 2020-2024. PRN 2020-2024 terbagi pada 49 produk riset dengan berbagai bidang fokus.

Baca juga: Ini Juara Lomba Esai ForTi, Menristek: Indonesia Kekurangan Perempuan Peneliti

Demikian diungkapkan Menristek Bambang Brodjonegoro dalam Rapat Koordinasi Nasional Prioritas Riset Nasional Tahun 2020 (Rakornas PRN 2020) secara virtual, Kamis (13/8/2020).

Buat inovasi lebih baik

Dijelaskan, 49 produk riset itu antara lain pangan, energi, kesehatan, transportasi, rekayasa keteknikan, pertahanan keamanan, kemaritiman, sosial humaniora, pendidikan, seni budaya, dan multidisiplin (lintas-sektoral).

"Sebisa mungkin jika kita menjadi follower, maka kita harus jadi follower yang baik dan membuat inovasi lebih baik lagi," ujar Menristek.

Pada kesempatan itu, Bambang juga menjelaskan bahwa PRN baru berjalan pada tahun 2020. Meski demikian, sudah banyak produk yang dihasilkan dari riset dan inovasi.

"Ini PRN pertama di tahun 2020, tapi produknya sudah ada yang dihasilkan. Seperti bahan bakar nabati dari biji sawit sekarang sudah ditemukan katalisnya," katanya.

Tak hanya itu saja, ada produk pengalengan makanan tradisional, contohnya gudeg dalam kemasan kaleng. Ini tentu bisa membantu UMKM dalam masa pandemi Covid-19.

"Ini jadi solusi UMKM di bebagai tanah air. Di masa pandemi ini akan sulit untuk melakukan perjalanan ke daerah lain, jadi kebutuhan kuliner bisa didapat dengan membeli produk makanan tradisional yang dalam kemasan kaleng," terang Menristek.

Produk harus bisa dikomersialkan

Menristek Bambang mengatakan, produk PRN harus dipastikan dapat menghasilkan produk inovasi yang siap didiseminasikan atau dikomersialisasikan..

Jadi, produknya tidak hanya sebatas publikasi ilmiah saja, tetapi setelah di standarisasi produk Litbangjirap harus disusun sesuai dengan kebutuhan nasional serta internasional. Bahkan tentu agar mampu bersaing dengan produk-produk luar negeri.

"Kami berharap, produknya tidak hanya bagus dari sisi prototipe saja, tapi juga bisa lulus secara komersial. Tentunya bisa bersaing dengan produk sejenis terutama produk impor," harapnya.

Adapun produk hasil Litbangjirap yang sudah siap pasar didorong untuk dimasukan ke dalam e-katalog inovasi. Namun juga perlu fasilitasi untuk penguatan perlindungan HKI bagi produk inovasi hasil Litbangjirap.

Selain berbagai aspek tersebut, aspek regulasi dan sumber daya pelaksana dalam pelaksanaan PRN juga sangat penting untuk diperhatikan.

Dengan dasar motif dan semangat PRN mampu menghasilkan produk inovasi, yang bisa meningkatkan daya saing bangsa.

Baca juga: Menristek: Indonesia-Inggris Perkuat Riset, Termasuk Vaksin Covid-19

"Jika diperlukan, dapat dilakukan perubahan Peraturan Menteri tentang PRN 2020-2024 yang bisa menjadi dasar penyusunan program dan anggaran hasil re-focusing. Termasuk juga mengubah penamaannya menjadi Prioritas Riset Inovasi Nasional (PRIN)," tandas Menristek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com