Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/08/2020, 20:05 WIB
Elisabeth Diandra Sandi,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Rektor Universitas Amikom Yogyakarta Prof. M. Suyanto melalui siaran langsung Instagram bersama Harian Kompas membagikan rahasia sinematografi dalam animasi standar Hollywood.

“Memang kalau model Hollywood yang pertama kali bagus adalah story. Ceritanya harus kuat,” ungkap Prof. Suyanto pada Senin (31/8/2020).

Penulis dan eksekutif produser film animasi "Battle of Surabaya” ini menambahkan, bila ceritanya lemah, maka film animasi menjadi tidak menjual. Cerita pun harus bisa diringkas menjadi satu kata, tetapi emosinya masih tersampaikan.

Baca juga: Ragam Buku Minggu Ini: Belajar Kelola Bisnis dan Investasi dari Nol

Setelah itu, cerita akan diterjemahkan menjadi konsep seni dan muncul karakter serta lingkungannya. Nantinya dalam produksi akan ditambahkan efek visual dan disunting kembali.

“Kalau bicara sinematografi bagian akhir, yaitu terakhir ada yang namanya editing,” imbuh Prof. Suyanto dalam siaran langsung Kompas Talk di akun Instagram Harian Kompas.

Terkait penyuntingan sinematografi animasi, Prof. Suyanto meringkaskan 6 konsep dari Editor Film “The God Father” Walter Scott Murch.

Berikut ini merupakan 6 konsep menyunting film dengan gaya dari Walter Scott Murch.

  • 51 persen bagian film harus bisa menangkap emosi atau subteks (najba tersembunyi dan mendasari pesan).
  • 23 persen bagian untuk cerita yang tersampaikan dalam film.
  • 10 persen digunakan untuk menjaga ritme film.
  • 7 persen berfokus pada jejak mata penonton saat menonton.
  • 5 persen untuk menaruh prinsip 180 derajat kamera agar tidak membingungkan.
  • 4 persen sisanya untuk depth of field atau pemberian ruang 3 dimensi.

Peluang Perkembangan Animasi Saat Pandemi

Menurut Prof. Suyanto, peluang mengembangkan film animasi bersama dengan Hollywood saat pandemi lebih besar.

“Saat pandemi ini justru peluang besar karena Hollywood dilarang syuting. Jadi yang berkembang adalah film animasi,” jelasnya.

Bekerja sama dengan Hollywood menjadi salah satu strategi Universitas Amikom Yogyakarta untuk mengimplementasikan taman ekonomi kreatif. Di mana universitas menjadi mesin dan perusahaan-perusahaan yang bekerja sama merupakan ekosistemnya.

“Universitas Amikom Yogyakarta berusaha untuk bekerja sama dengan Silicon Valley untuk teknologi,” kata Prof. Suyanto.

Selain itu, mereka juga menargetkan untuk berkolaborasi dengan perusahaan di Wallstreet, New York dan Hollywood, Los Angeles. Prof. Suyanto menambahkan, perusahaan, inkubator, komunitas, pemerintah, dan bentuk kerja sama tersebut merupakan salah satu upaya untuk menciptakan economy creative park.

Baca juga: Rektor Amikom: Ini Kunci Sukses Film Animasi Battle of Surabaya

“Kalau tidak begini, kita tidak akan dikenal. Maka kita harus memproduksi kelas dunia,” tegasnya.

Hingga saat ini, Universitas Amikom Yogyakarta membuka peluang bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi pembuatan film animasi dan gim di jurusan Teknologi Informasi.

Sementara itu, pelajaran pembuatan film live action akan diperoleh saat mahasiswa bergabung pada jurusan Ilmu Komunikasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com