Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Bacakan Cerita ke Anak Ternyata Dukung Perkembangan Otaknya

Kompas.com - 05/10/2020, 16:11 WIB
Dwi NH,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Head of Early Childhood Education and Development Tanoto Foundation, Eddy Henry mengatakan untuk mendukung perkembangan otak anak bukan hanya berkaitan dengan asupan nutrisi.

Namun, perlu adanya pemberian stimulasi dan interaksi dengan anak. Salah satu bentuk stimulasi yang penting adalah dengan membacakan cerita.

“Membacakan cerita bukan hanya melatih kemampuan kognitif dan kreativitas tapi juga meningkatkan kedekatan antara orangtua dan anak,” kata Eddy seperti pada keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Senin (5/10/2020).

Hal tersebut dikatakan Eddy dalam kampanye e-media workshop bertajuk “Manfaat Storytelling untuk Perkembangan Karakter Anak,” pada Rabu (30/10/2020).

Baca juga: Mahasiswa Baru, Beasiswa Penuh S1 Tanoto Foundation Masih Dibuka

Acara yang diselenggarakan Tanoto Foundation tersebut berupaya mengedukasi orangtua dan para pengasuh mengenai pentingnya membacakan cerita atau storytelling kepada anak sejak usia dini.

Adapun acara tersebut juga sebagai salah satu inisiator kampanye #IndonesiaCintaMembaca.

Lebih lanjut, Eddy menyatakan interaksi merupakan salah satu bentuk stimulasi bonding yang baik bagi anak dan orangtua sehingga perkembangan sosial-emosional anak dapat terjadi.

Meningkatkan budaya literasi sejak dini

Selain storytelling, Tanoto Foundation pun ingin meningkatkan budaya literasi masyarakat Indonesia sejak dini.

Pihaknya meyakini membaca dapat mendukung perkembangan otak anak sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya di kemudian hari.

Senada dengan Tanoto Foundation, Penggiat Literasi Indonesia Satria Dharma menambahkan perlu adanya kesadaran akan pentingnya penguasaan literasi sejak dini.

Satria menyatakan sebetulnya anak-anak Indonesia memiliki minat baca yang sama besarnya dengan anak-anak di negara lain.

Baca juga: Kurangi Angka Stunting, Pemerintah Gandeng Bank Dunia, Tanoto Foundation dan Bill and Melinda Gates Foundation

Bedanya, anak-anak di Indonesia hanya dianjurkan membaca tapi tidak diwajibkan. Tidak seperti negara-negara lain yang mewajibkan siswanya untuk membaca buku.

Hal inilah yang mengakibatkan minat membaca masyarakat masih rendah.

Berdasarkan pada Program for International Student Assessment (PISA) kategori kemampuan membaca, Indonesia menempati peringkat ke-64 dari 72 negara.

Reading is the heart of education. Anak yang setiap hari sekolah tapi tidak membaca sebenarnya dia tidak mendapat pendidikan,” ujar Satria.

Satria melanjutkan, tidak ada gunanya guru berbicara dan mengajar setiap hari karena hanya mendengar saja tidak cukup dalam mendidik siswa.

Tips mendongeng yang baik

Pada kesempatan tersebut, pendongeng dan pendiri Kampung Dongeng Indonesia Awam Prakoso turut memberikan tips mendongeng yang dapat diaplikasikan orangtua ketika membacakan cerita kepada anaknya di rumah.

Baca juga: Tanoto Foundation Buka Beasiswa Teladan, Siapkan Pemimpin Masa Depan

Membaca buku bagaikan menyediakan makanan untuk anak-anak kita. Cerita jangan hanya menyenangkan tetapi harus mempunyai nilai dan kekuatan karakter,” ujar Awam.

Untuk itu, hal yang perlu dipersiapkan sebelum mendongeng adalah memilih cerita dengan tema sesuai usia anak.

Selain itu, jika diperlukan bisa menggunakan media peraga. Orangtua pun perlu berlatih dengan membaca cerita dahulu agar lebih memahami isinya sebelum menceritakan kembali kepada anak.

Kemudian, sebelum memulai cerita, orangtua disarankan untuk mencuri perhatian anak dengan cara yang mengesankan, seperti tebak-tebakan, bermain, atau bernyanyi.

Baca juga: Tanoto Foundation Tegaskan Tak Gunakan Hibah Kemendikbud Terkait POP

Adapun ketika mendongeng, pastikan tidak terburu-buru, libatkan anak-anak dalam bercerita, dan improvisasi. Usahakan menggunakan kekuatan, kejelasan, dan kreativitas suara saat mendongeng.

Terakhir, ketika sudah selesai, orangtua dapat melakukan tanya jawab terkait alur cerita dan tokoh.

“Terkadang fokus orangtua atau pengajar adalah bagaimana untuk menyelesaikan sebuah cerita,” imbuh Awam.

Padahal, lanjut Awam, fokusnya bukan di sana, melainkan bagaimana cerita ini dapat memancing kreativitas anak melalui berbagai reaksi yang akan mereka berikan di sepanjang prosesnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com