Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Program Pintar
Praktik baik dan gagasan pendidikan

Kolom berbagi praktik baik dan gagasan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Kolom ini didukung oleh Tanoto Foundation dan dipersembahkan dari dan untuk para penggerak pendidikan, baik guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dosen, dan pemangku kepentingan lain, dalam dunia pendidikan untuk saling menginspirasi.

Membongkar Mitos Matematika Susah

Kompas.com - 22/10/2020, 17:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Mujiasih | Dosen Fakultas Sainteks UIN Walisongo Semarang

KOMPAS.com - Siswa yang jenuh, cemas, dan tidak termotivasi belajar dari rumah ataupun di sekolah, bisa berdampak pada kurang berkembangnya kreativitas dan kesulitan belajar mandiri.

Siswa yang memiliki kecemasan tinggi juga berpengaruh pada rendahnya pemahaman matematika.

Kecemasan matematika yang muncul dari faktor lingkungan atau sosial disebabkan karena proses pembelajaran yang diikuti siswa tidak menyenangkan dan siswa kurang memahami apa yang sedang dipelajari.

Berkaitan dengan hal tersebut, Tanoto Foundation melalui Program Pintar bekerja sama dengan 10 lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) pencetak calon guru di Indonesia telah mengembangkan inovasi pembelajaran dengan menerapkan pendekatan “MIKiR”.

Melalui pendekatan ini, siswa difasilitasi untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri, menumbuhkan kreativitas, dan menumbuhkan belajar yang menyenangkan.

MIKiR meliputi empat tahap kegiatan. yaitu (1) mengalami, (2) komunikasi, (3) interaksi, dan (4) refleksi. Berikut adalah bentuk implementasi MIKiR dalam pembelajaran matematika.

Baca juga: Lahirkan Juara Sains dan Matematika, Ini 3 Strategi Dilakukan Sekolah St. Laurensia

Ajak siswa lakukan penyelidikan matematis

Pembelajaran matematika tidak terlepas dari aktivitas menemukan dan melakukan penyelidikan. Aktivitas ini dapat diterapkan melalui serangkaian percobaan dan pengamatan dengan memberikan permasalahan yang bersifat kontekstual dan berkaitan dengan bidang lain sehingga belajar matematika menjadi bermakna.

Salah satu contoh penyelidikan matematis yang dapat dilakukan ketika belajar dari rumah adalah percobaan pencampuran warna untuk memahami konsep permutasi dan kombinasi.

Kegiatan tersebut dapat dinamakan bermain ‘Mix Color matematis”.

Aktivitas menemukan konsep matematika dilakukan secara mandiri melalui percobaan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di rumah seperti pewarna makanan, teh, gula, kopi ataupun bahan-bahan lain yang mengandung warna.

Guru dapat juga memanfaatkan http://trycolors.com untuk melakukan percobaan secara online.

Melatih siswa komunikatif dan interaktif

Hasil percobaan yang dilakukan siswa pada tahap sebelumnya, selanjutnya dapat diapresiasi oleh guru dengan memposting di berbagai media sosial.

Manfaat apresiasi hasil karya tersebut tentu saja tidak hanya sebagai sumber belajar, umpan balik, maupun sarana komunikasi, melainkan dapat juga memberikan motivasi dan menginspirasi siswa lain.

Hasil karya siswa dapat berupa laporan singkat tentang proses dan hasil percobaan. Siswa yang mampu mengungkapkan gagasan secara tertulis maupun lisan dengan baik, maka dalam dirinya telah tumbuh rasa percaya diri yang tinggi.

Menurut Baroody, kemampuan komunikasi dalam matematika mencakup lima aspek yaitu representing, listening, reading, discussing, dan writing.

Sedangkan untuk mengembangkan kemampuan agar siswa komunikatif, guru dapat melatih siswa dalam menyelesaikan soal matematika.

Ada 5 tahap yang dapat dilakukan guru dan siswa;

  1. Menyatakan permasalahan dengan menggunakan gambar, grafik, dan ekspresi aljabar.
  2. Memberikan penjelasan ide matematis dengan lengkap dan sistematis.
  3. Mendiskusikan ide matematis, menyusun dugaan, dan memberikan alasan yang meyakinkan.
  4. Menyusun kesimpulan.

Baca juga: Aplikasi Ini Bantu Siswa Pecahkan Soal Matematika

Membiasakan siswa melakukan refleksi

Tahap akhir yang dapat dilakukan adalah dengan mengajak siswa untuk melakukan refleksi pembelajaran, secara individu maupun berkelompok. Refleksi pembelajaran secara individu dapat menggunakan teknik Reflection Vlog.

Caranya yaitu evaluasi pembelajaran dengan cara menyampaikan dan menampilkan hasil karya, serta mengungkapkan hal yang dirasakan selama mengikuti pembelajaran, dengan disajikan dalam bentuk video.

Adapun teknik refleksi pembelajaran yang dapat digunakan secara berkelompok adalah Scrapbook. Refleksi pembelajaran ini dilakukan dengan cara menyajikan gambar aktivitas berkelompok disertai dengan deskripsi peran setiap anggota kelompok dan proses kolaborasi dalam kelompok.

Ketika siswa melakukan refleksi tentang tugas yang telah dikerjakan dan konsep yang telah dipelajari, maka keyakinan (self efficacy) dalam dirinya telah tumbuh.

Jika hal ini dilakukan secara terus menerus, maka akan melatih siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan memiliki kesiapan belajar yang baik. Siswa tidak lagi mengalami kecemasan untuk mengikuti pembelajaran matematika selanjutnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com