KOMPAS.com - Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan PT Filipina Antiviral Indonesia (FAI) tengah mengembangkan obat antivirus Covid-19.
Hal itu dikemukakan oleh Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni Prof. Paripurna Sugarda dalam keterangannya kepada wartawan secara virtual di sela kegiatan UGM-Industri Research Forum 2020, Rabu (2/12/2020).
“Kerja sama ini awalnya untuk mengembangkan obat antiradang, namun juga dikembangkan untuk antivirus Covid-19 juga,” papar Paripurna seperti dilansir dari laman UGM, Kamis (3/12/2020).
Baca juga: 30 Kampus Terbaik Indonesia Versi “QS Asia University Rankings 2021”
Sejauh ini, kata dia, pengembangan obat antivirus Covid-19 ini masih menunggu izin penelitian dan uji klinis dari BPOM dan Komite Etik Penelitian dan Pengembangan.
Apabila sudah mengantongi izin, pihaknya sudah menggandeng PT Kimia Farma untuk kerja sama dalam pengembangan lebih lanjut.
“Untuk pengembangnya kita juga kerja sama dengan beberapa rumah sakit di Indonesia,” katanya.
Rencananya, obat anti virus Covid-19 ditargetkan akan siap dipasarkan pada 2022.
Paripurna menjelaskan, melalui kerja sama dengan mitra industri ini maka UGM nantinya tidak hanya memproduksi alat diagnosis Covid-19 berbasis antigen RI-GHA maupun GeNose yang mendeteksi Covid-19 dari embusan nafas, nantinya UGM akan memproduksi obat anti virus juga.
Baca juga: Kampus Swasta Terbaik Indonesia Versi “QS Asia University Rankings 2021”
"Kita tidak hanya memproduksi alat deteksi positif Covid tapi juga bisa memproduksi vaksin juga bahkan kita bisa memproduksi obat Covid-19," katanya.
Sementara itu, Direktur Utama PT FAI Mario Pacurso Marcos menyampaikan pihaknya menyambut baik terlaksananya kerja sama dengan pihak UGM ini dalam pengembangan obat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Ia percaya bahwa UGM dengan kapasitas peneliti yang dimilikinya mampu menghasilkan obat anti inflamasi dan obat anti virus Covid-19 yang berstandar internasional.
“Saya harap kerja sama ini mendorong peningkatan kapasitas SDM di Indonesia maupun Filipina,” katanya.
Salah satu anggota tim peneliti dari FKKMK UGM Jarir At Thobari mengatakan, pengembangan obat antiinflamasi dan antivirus sengaja dipilih dikarenakan di tanah air masih sedikit yang sudah mengembangkan.
Baca juga: UGM Terbaik di Indonesia Versi QS Asia University Ranking 2021
“Beberapa obat antiviral masih sangat sedikit diteliti dan diproduksi langsung,” imbuh dia.
Hingga saat ini, lanjutnya, untuk penelitian dan pengembangan obat anti inflamasi dan antivirus, bahan formula untuk pembuatan obatnya masih bergantung dari luar.
Meski begitu, ia optimis bahan baku obat ini nantinya sudah bisa sediakan dari tanah air setelah dikembangkan dan diproduksi sendiri.
Adapun tahapan uji klinis akan mulai dilakukan pada tahun depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.