Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Hamil Belum Bisa Terima Vaksinasi, Ini Penjelasan Dosen Untar

Kompas.com - 22/01/2021, 12:46 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Vaksinasi Covid-19 di Indonesia yang sudah dimulai sejak, Rabu (13/1/2020) oleh Presiden RI Joko Widodo, secara simbolis membuka vaksinasi bagi masyarakat Indonesia.

Secara bertahap, semua masyarakat di Indonesia bisa mendapat suntik vaksin Sinovac yang dapat membentuk herd immunity atau kekebalan kelompok pada masyarakat Indonesia.

Semakin banyak masyarakat yang mendapat vaksin, masyarakat lain termasuk kelompok "rentan" lambat laun akan mendapat proteksi melalui mekanisme kekebalan kelompok.

Sayangnya, meski vaksinasi Covid-19 telah didatangkan ke Indonesia masih saja ada beberapa orang yang ragu akan kualitas dan resiko dari vaksin Sinovac ini.

Baca juga: Daftar Prioritas Penerima Vaksin Covid-19 dan Tahap Pelaksanaan

Menanggapi hal tersebut, Spesialis Penyakit Dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK Untar) Velma Herwanto, memberikan penjelasannya.

"Vaksin tersebut akan membantu menurunkan penyebaran Covid-19 di masyarakat dengan cara melindungi individu terhadap infeksi virus SARS-CoV-2. Apabila infeksi tetap terjadi, derajat beratnya penyakit pun akan lebih ringan. Semakin banyak jumlah orang yang divaksinasi, kekebalan masyarakat pun akan terbentuk," ucapnya dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (22/1/2021).

Untuk itu, vaksin yang akan digunakan di Indonesia aman untuk digunakan. Karena telah melalui tahapan uji klinis.

Dari uji klinis tersebut, belum ditemukan efek samping yang timbul. Misalnya, efek samping minimal seperti seperti demam, menggigil, sakit kepala dan kelelahan.

"Tidak ada efek samping berat yang dilaporkan, kecuali reaksi alergi anafilaksis yang umumnya timbul pada orang yang memiliki riwayat alergi obat sebelumnya. Risiko ini diminimalkan dengan melakukan pengawasan selama 30 menit setelah vaksinasi," jelasnya.

Baca juga: Siswa, Ketahui Perbedaan Vaksin dan Imunisasi

Pemerintah aktif sosialisasi

Agar vaksinasi Covid-19 berhasil, ia menyarankan pemerintah aktif melakukan sosialisasi mengenai vaksinasi tersebut. Khususnya terkait keamanan penggunaan vaksin.

"Selain melakukan ajakan vaksinasi, pemerintah sebaiknya juga menyampaikan data mengenai efikasi dan keamanan vaksin, baik melalui visual interaktif, penyampaian data dalam bentuk angka, serta pendekatan personal dengan bantuan pemuka masyarakat dan aparat untuk meyakinkan masyarakat bahwa vaksin aman untuk digunakan," sambung Velma.

Meskipun vaksin aman digunakan, namun belum semua orang bisa mendapat vaksinasi. Vaksinasi hanya diberikan pada masyarakat berumur 18-59 tahun. Menurutnya, pembatasan tersebut dilakukan karena uji vaksin belum dilakukan di luar rentang umur tersebut.

Kendati demikian, tidak tertutup kemungkinan vaksin akan diberikan kepada masyarakat yang berada di luar rentang umur tersebut apabila nanti terbukti keamanannya. "Di negara Eropa dan Amerika Serikat, vaksin Covid-19 jenis mRNA telah diujikan dan diberikan pada lansia," ungkapnya.

Selain itu, terdapat beberapa kelompok masyarakat yang belum dianjurkan menerima vaksin karena dikhawatirkan tidak mampu memproduksi kekebalan tubuh yang diharapkan.

Wanita atau ibu hamil dan menyusui, pasien autoimun, pasien HIV atau dengan gangguan kekebalan tubuh, serta pasien dengan penyakit kronik belum dianjurkan menerima vaksin.

Selain itu, masyarakat yang pernah mengalami infeksi Covid-19 belum dapat menerima dengan alasan keterbatasan jumlah vaksin, meskipun di kemudian hari tetap akan menjadi kandidat penerima vaksin.

"Vaksin mutlak tidak boleh diberikan pada masyarakat yang memiliki riwayat alergi berat terhadap vaksin atau komponen vaksin," bebernya.

Tetap menerapkan protokol kesehatan

Meski sudah ada vaksinasi, ia menganjurkan masyarakat untuk tetap memerhatikan protokol kesehatan. Terutama bagi mereka yang belum dianjurkan mendapatkan vaksin.

"Kekebalan terbentuk mulai tujuh hari setelah vaksinasi pertama dan mencapai puncaknya pada dua minggu setelah vaksinasi booster. Dalam periode tersebut seorang penerima vaksin masih rentan terinfeksi virus," katanya.

"Kelompok yang belum dianjurkan mendapat vaksin tetap harus melakukan protokol kesehatan dengan menjaga jarak fisik dua meter, menggunakan masker, rajin mencuci tangan, dan sedapat mungkin tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut," imbuhnya.

Distribusi vaksin yang ada saat ini diharapkan dapat menurunkan jumlah persebaran Covid-19 di Indonesia. Terbentuknya kekebalan kelompok juga dapat turut melindungi masyarakat yang belum mendapat akses vaksin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com