KOMPAS.com - Tidak berhenti berinovasi di tengah pandemi, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas inovasi bernama I-BOT, yakni asisten "cyborg" berupa serangga yang membantu tim penyelamat korban bencana.
Ketua tim Spektronics Michael Adrian Subagio mengatakan, serangga sebagai pendeteksi manusia korban bencana ini lebih mudah dan efektif ketimbang menggunakan anjing. Di samping banyaknya serangga di negara tropis seperti Indonesia.
“Kalau pakai anjing kan butuh waktu paling nggak sebulan, kalau pakai serangga bisa langsung,” terangnya seperti ditulis dalam laman resmi ITS, Sabtu (23/1/2021).
Baca juga: Deteksi Covid-19 Lewat Bau Keringat Ketiak, ITS Kembangkan i-nose c-19
Ukuran serangga yang kecil, lanjut dia, mempermudah serangga untuk masuk ke sela-sela kecil, terlebih jika banyak reruntuhan di lokasi bencana.
“Untuk saat ini, kami hanya menawarkan serangga kecoa dan kumbang,” ujarnya.
Ia menjelaskan, prinsip dari inovasi ini yakni memasang perangkat elektronik pada serangga hidup. Serangga hidup dianggap lebih fleksibel karena bergerak sesuai kemampuannya sendiri.
“Karena itu, kenapa pakai serangga asli dan bukan pakai robot mikro, karena nggak perlu tenaga tambahan seperti baterai atau perlu supply power,” terangnya.
Meski dipasangi perangkat elektronik, Michael menyebut serangga tidak akan disakiti. Penambahan perangkat hanya berupa backpack kecil yang diletakkan di atas serangga.
Baca juga: BCA Buka Beasiswa Pendidikan, Kuliah Gratis dan Uang Saku Bulanan
“Dari perangkat ini juga, kita bisa mendapat informasi tambahan di lokasi kejadian,” ungkap mahasiswa Teknik Kimia ITS ini.
Lebih lanjut, kata Michael, digunakan Internet of Things (IoT) berupa bluetooth sehingga gerakan serangga lebih terintegrasi.
Menggunakan bluetooth dan perangkat amplifier tambahan untuk memperkuat sinyal, serangga-serangga tersebut diharapkan dapat mendeteksi korban bencana di lokasi yang sempit.
Michael menyebut ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan manusia dengan inovasinya ini.
Pertama, menggunakan kemampuan alamiah serangga itu sendiri.
“Jadi kita manfaatkan kemampuan membau serta kemampuan deteksi suhu serangga untuk mendeteksi keberadaan manusia,” tuturnya.
Baca juga: Beasiswa S1-S2 Brunei, Kuliah Gratis dan Tunjangan Rp 6 Juta Per Bulan
Cara selanjutnya yaitu dengan memanfaatkan mikrofon dan kamera berukuran mikro yang terpasang pada perangkat.
“Dengan memanfaatkan perangkat mikro ini, kita bisa live streaming. Operator juga nantinya bisa mengarahkan,” tambahnya.
Lanjut Michael, pemanfaatan bluetooth untuk mendeteksi keberadaan serangga dan melakukan transmisi data masih memiliki kekurangan.
Akurasi penelitian yang sudah ada sebelumnya tidak mencapai 100 persen. Sehingga untuk mendapatkan akurasi yang tinggi masih perlu dilakukan banyak riset.
Michael pun berharap dengan banyak riset, ke depannya inovasi ini bisa diaplikasikan di kehidupan nyata.
Baca juga: Kampus Swasta Ini Raih Predikat 4 Star di Pemeringkatan Dunia
“Inovasi ini kan cuma ide awal, tetapi bisa dibilang kita yang duluan (melakukannya). Masih banyak pengembangan yang perlu dilakukan untuk bisa diaplikasikan di Indonesia,” pungkasnya penuh harap.
Dengan inovasi I-BOT yang digagas ini, Michael dan timnya telah berhasil meraih medali perak pada kompetisi berskala internasional "Indonesia International Applied Science Project Olympiad" (I2ASPO), beberapa waktu lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.