KOMPAS.com - Bagi sebagian orang, menjadi pendidik adalah sebuah penggilan jiwa, apapun profesi yang digeluti. Menjadi guru atau dosen, menjabat kepala sekolah atau membuka tenpat kursus dan bahkan membangun start up pendidikan adalah merupakan bagian dalam menjawab panggilan itu.
Panggilan menjadi pendidik inilah yang menjadi kisah Sigit Arifianto, CEO Lister, start up education technologi yang mencoba menjawab kebutuhan belajar bahasa asing secara daring.
Kesadaran menjawab panggilan hidup sebagai pendidik tumbuh saat Sigit berani memutuskan meninggalkan zona nyaman bekerja di sebuah perusahaan multinasional untuk menjadi guru di Kampung Abitpasik, pedalaman Papua yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini.
Sebuah keputusan yang tidak dimengerti teman-temannya kala itu.
Padahal, selama bekerja Sigit juga telah aktif di berbagai kegiatan CSR perusahaan terutama kegiatan berkaitan dengan financial literasi ke anak-anak sekolah dan komunitas.
Di luar kegiatan kantorpun Sigit menjadi relawan pengajar di Sekolah Juara Rumah Zakat, Jakarta Selatan.
"Mengajar di Papua bisa jadi memberi dampak yang luar biasa bagiku. Seperti berada di dunia lain dengan pendudukanya yang ramah dan bersahabat. Ini mengubah semua yang aku yakini dan juga mengubah arti hidupku," ungkap lulusan Magister UGM ini.
Secara langsung ia menyaksikan sendiri bagaimana anak-anak Papua sangat antusias dalam belajar dan mewujudkan mimpi mereka.
"Terlepas dari banyak keterbatasan yang ada. Hal itu membuatku bermimpi untuk mewujudkan pendidikan bagi seluruh anak Indonesia tanpa terbatas ruang dan waktu," tekatnya.
Baca juga: Sulit Belajar Menulis Bahasa Inggris, Ini Tipsnya agar Mudah
Ada dua hal yang menjadi perhatian Sigit selama mengajar di Papua; soal akses pembelajaran berkualitas dan peran teknologi sebagai solusi kesenjangan pendidikan. Inilah yang kemudian menjadi mimpi besar Sigit sepulang mengajar dari Papua.
Sepulang mengajar dari Papua, Sigit kemudian menginisiasi lahirnya Listerclub pada 2019.
Komunitas ini fokus dalam memberikan akses pembelajaran bahasa Inggris secara gratis. Misinya, ingin memberikan kesempatan-kesempatan untuk anak-anak muda indonesia agar sama sepeti orang di luar sana.
"Have same opportunity, same dream, same resources. Kesempatan yang sama agar bisa tumbuh dan mengejar mimpi mereka di era globalisasi saat ini," ungkap pria kelahiran 8 November 1989.
Ia menambahkan, "di Listerclub kami mengundang anak-anak muda berprestasi dan lulusan luar negeri yang memiliki visi sosial untuk menjadi mentor karena karena kami percaya untuk sukses perlu mentor yang mampu menunjukkan jalan dan pengalaman."
"Saya sadar guru adalah kunci utama pendidikan berkualitas. Mentor ini harapannya tidak hanya mengajar tapi juga menginspirasi. To helps their student to dream and to have confidence," ujarnya.