Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sigit Arifianto, Guru di Papua yang Membangun Edutech "Lister"

Kompas.com - 03/03/2021, 18:14 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Bagi sebagian orang, menjadi pendidik adalah sebuah penggilan jiwa, apapun profesi yang digeluti. Menjadi guru atau dosen, menjabat kepala sekolah atau membuka tenpat kursus dan bahkan membangun start up pendidikan adalah merupakan bagian dalam menjawab panggilan itu.

Panggilan menjadi pendidik inilah yang menjadi kisah Sigit Arifianto, CEO Lister, start up education technologi yang mencoba menjawab kebutuhan belajar bahasa asing secara daring.

Kesadaran menjawab panggilan hidup sebagai pendidik tumbuh saat Sigit berani memutuskan meninggalkan zona nyaman bekerja di sebuah perusahaan multinasional untuk menjadi guru di Kampung Abitpasik, pedalaman Papua yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini.

Sebuah keputusan yang tidak dimengerti teman-temannya kala itu.

Padahal, selama bekerja Sigit juga telah aktif di berbagai kegiatan CSR perusahaan terutama kegiatan  berkaitan dengan financial literasi ke anak-anak sekolah dan komunitas.

Di luar kegiatan kantorpun Sigit menjadi relawan pengajar di Sekolah Juara Rumah Zakat, Jakarta Selatan.

"Mengajar di Papua bisa jadi memberi dampak yang luar biasa bagiku. Seperti berada di dunia lain dengan pendudukanya yang ramah dan bersahabat. Ini mengubah semua yang aku yakini dan juga mengubah arti hidupku," ungkap lulusan Magister UGM ini.

Secara langsung ia menyaksikan sendiri bagaimana anak-anak Papua sangat antusias dalam belajar dan mewujudkan mimpi mereka.

"Terlepas dari banyak keterbatasan yang ada. Hal itu membuatku bermimpi untuk mewujudkan pendidikan bagi seluruh anak Indonesia tanpa terbatas ruang dan waktu," tekatnya.

Baca juga: Sulit Belajar Menulis Bahasa Inggris, Ini Tipsnya agar Mudah

Lahirnya Listerclub

Ada dua hal yang menjadi perhatian Sigit selama mengajar di Papua; soal akses pembelajaran berkualitas dan peran teknologi sebagai solusi kesenjangan pendidikan. Inilah yang kemudian menjadi mimpi besar Sigit sepulang mengajar dari Papua.

Sepulang mengajar dari Papua, Sigit kemudian menginisiasi lahirnya Listerclub pada 2019.

Komunitas ini fokus dalam memberikan akses pembelajaran bahasa Inggris secara gratis. Misinya, ingin memberikan kesempatan-kesempatan untuk anak-anak muda indonesia agar sama sepeti orang di luar sana.

"Have same opportunity, same dream, same resources. Kesempatan yang sama agar bisa tumbuh dan mengejar mimpi mereka di era globalisasi saat ini," ungkap pria kelahiran 8 November 1989.

Ia menambahkan, "di Listerclub kami mengundang anak-anak muda berprestasi dan lulusan luar negeri yang memiliki visi sosial untuk menjadi mentor karena karena kami percaya untuk sukses perlu mentor yang mampu menunjukkan jalan dan pengalaman."

"Saya sadar guru adalah kunci utama pendidikan berkualitas. Mentor ini harapannya tidak hanya mengajar tapi juga menginspirasi. To helps their student to dream and to have confidence," ujarnya.

Dalam perjalan waktu, Sigit menyadari karena bentuknya komunitas, Lister memiliki keterbatasan untuk bergerak dan sulit dalam memberikan dampak luas dan berkelanjutan.

"Sehingga pada 2020 di didirikan lister.co.id, mulai beroperasi pada Juni 2020 sebagai perusahaan sendiri di bawah PT Lister Teknologi Edukasi," cerita Sigit yang pernah meraih juara pertama Olimpiade Sains Nasional bidang astronomi. 

"Lister bertujuan menciptakan pembelajaran bahasa Inggris yang berkualitas dan efektif untuk semua orang menggunakan teknologi. Lister juga bertujuan menginspirasi siswa untuk belajar lebih jauh lewat pembelajaran yang dipersonalisasi," jelasnya.

Baca juga: Ingin Sukses? Ini 5 Kursus yang Wajib Kamu Ambil di 2021

Impian menjadi "super apps"

Untuk model bisnis sendiri, pada awal Lister dibentuk, Sigit menjelaskan mulai dari layanan gratis.

"Namun sayangnya sistem belajar seperti demikian kami temukan tidak efektif karena siswa menjadi cenderung tidak berkomitmen dalam proses belajar. Padahal belajar bahasa butuh komitmen penuh," ungkap Sigit.

Oleh karenanya, ia kemudian memutuskan mengubah konsep layanan menjadi berbayar agar siswa menjadi lebih berkomitmen belajar dan berhasil dalam mencapai target mereka.

Meski berbayar, Sigit memastikan layanan edutech Lister terjangkau dengan kualitas terbaik.

"Setiap bulan, ratusan siswa (baru) mendaftar  dari berbagai daerah di Indonesia, dari Aceh hingga Papua, karena program pendidikannya berkualitas namun terjangkau dan tentu tutor profesional bersertifikasi dari universitas ternama luar negari," jelasnya.

Dalam jangka panjang, Sigit bermimpi Lister dapat menjadi super app bidang teknologi pendidikan di Indonesia.

Saat ini berbagai program ditawarkan di Lister untuk segala usia dan kebutuhan, mulai dari test preparations (IELTS, TOEFL, GMAT, GRE, maupun SAT), Scholarship Mentoring; Academic Writing, Pelatihan Jurnal Ilmiah, Speaking, Academic English hingga English for Kids and Teens.

Berbagai pilihan kelas bahasa asing tersedia di Lister, seperti Inggris, Korea, Jerman, Prancis, Arab, Turki, dan Jepang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com