KOMPAS.com - Siapa sih yang tidak ingin pandemi Covid-19 segera berakhir? Rasanya kita semua sudah tidak sabar untuk berkumpul dengan kerabat dan sahabat, tanpa perlu memakai masker serta menjaga jarak.
Sayangnya, keinginan itu tidak diiringi dengan tindakan, seperti menerapkan protokol kesehatan (prokes).
Baca juga: Kemendikbud: Mahasiswa Juga Peroleh Vaksinasi Covid-19
Coba perhatikan, masih banyak orang yang setengah-setengah memakai masker dengan alasan pengap.
Tidak sedikit pula yang suka nongkrong berlama-lama di kafe karena bosan di rumah.
Akibatnya, angka kasus Covid-19 di Tanah Air pun menukik tajam. Pada Sekasa (9/3/2021) saja, Indonesia sudah mencatatkan lebih dari 1,39 juta kasus positif Covid-19.
Angka tersebut masih akan terus bertambah selama masyarakat masih mengutamakan kepentingan pribadi ketimbang keselamatan bersama.
Hal ini juga akan menimbulkan lebih banyak kerugian. Salah satunya adalah menurunnya pertumbuhan ekonomi.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal III-2020 tumbuh minus 3,49 persen secara year on year (yoy).
Memang angka tersebut sudah membaik dibandingkan kuartal II-2020 yang pertumbuhan ekonominya mengalami penurunan sampai 5,32 persen.
Namun, bukan berarti Indonesia lepas dari ancaman resesi lho.
Mengalami resesi berarti Indonesia akan menerima dampak yang bersifat domino dalam kegiatan ekonomi.
Baca juga: Mendikbud: Presiden Minta Semua Guru Dapat Vaksin
Di antaranya, investasi anjlok sehingga semakin banyak perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), penurunan produksi barang dan jasa, hingga macetnya kredit perbankan.
Apakah lagi-lagi kita akan menyalahkan pemerintah dan membanding-bandingkan Indonesia dengan negara lain?
Bicara saja tidak akan menyelesaikan masalah. Dibutuhkan aksi nyata untuk memulihkan Indonesia dan menyelamatkan 271,34 juta jiwa penduduk yang ada di dalamnya. Semua lapisan masyarakat harus bekerja sama
Ada dua cara yang bisa dilakukan.