Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tatap Muka di Sekolah Penting untuk Hindari "Learning Loss"

Kompas.com - 01/04/2021, 13:49 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Setahun pembelajaran jarak jauh (PJJ) dilakukan akibat pandemi Covid-19 yang melanda dunia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencatat adanya risiko dampak sosial negatif yang berkepanjangan akibat PJJ seperti putus sekolah, penurunan capaian belajar, kekerasan pada anak, dan risiko eksternal lainnya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim pada pengumuman Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri menjelaskan bahwa prinsip yang menjadi pertimbangan utama dalam penyelenggaraan pendidikan selama pandemi Covid-19 adalah kesehatan dan keselamatan serta tumbuh kembang dan hak siswa.

“Berdasarkan kajian UNICEF, pemimpin dunia diimbau agar berupaya semaksimal mungkin agar sekolah tetap muka atau memprioritaskan agar sekolah yang masih tutup dapat dibuka kembali,” ungkap Nadiem dalam pengumuman SKB 4 Menteri terkat kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM), beberapa waktu lalu.

Baca juga: Sekolah Tatap Muka Juli 2021: Siswa Dibatasi hingga Sistem “Shifting”

Menurutnya, pembelajaran tatap muka harus dilakukan setelah semua guru mendapatkan vaksinasi Covid-19.

"Di Indonesia muncul tren anak putus sekolah, penurunan pencapaian pembelajaran, di mana akses dan kualitas pembelajaran tidak tercapai dan menimbulkan kesenjangan ekonomi lebih besar," imbuh Nadiem.

The World Bank pun melansir, penutupan sekolah di seluruh dunia diperkirakan dapat mengakibatkan hilangnya pendapatan seumur hidup dari generasi yang saat ini berada di usia sekolah sebesar paling tidak US$10 triliun.

World Health Organization juga menyatakan bahwa penutupan sekolah memiliki dampak negatif bagi perkembangan kesehatan, pendidikan, pendapatan keluarga, dan perekonomian secara keseluruhan.

Baca juga: Targetkan 17,9 Juta Siswa, Ini Cara Daftar KIP Sekolah SD-SMA 2021

Mendukung diterbitkannya SKB Empat Menteri, Wakil Ketua Komisi X Hetifah Sjaifudian menyampaikan, pembelajaran jarak jauh yang berkepanjangan sudah banyak dampak negatifnya.

"Antara lain kesenjangan hasil belajar, banyak anak-anak yang mulai putus sekolah, di mana mereka bekerja atau menikah di usia dini," papar Hetifah.

Senada dengan Hetifah, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf mendukung untuk segera dilaksanakan PTM terbatas. Ia mengatakan, proses belajar mengajar secara tatap muka menjadi penting untuk menghindari learning loss.

"Kondisi ketika anak-anak kita akhirnya lebih banyak bermain online, tidur di rumah atau hanya mendengarkan guru tanpa memperhatikan harus kita hadapi dan harus kita ubah," ungkap Dede.

Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta Ki Saur Panjaitan menilai tujuan pendidikan akan sulit dicapai jika pembelajaran tatap muka tidak segera dilakukan.

Baca juga: BUMN Bank Mandiri Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA, D3, S1-S2

“Kita khawatir sekali akan kehilangan satu generasi. Pembelajaran tatap muka terbatas sebaiknya bisa kita jalankan dengan mengedepankan protokol kesehatan,” pesannya.

Meski begitu, Nadiem menegaskan orang tua atau wali dapat memutuskan bagi anaknya untuk tetap melakukan pembelajaran jarak jauh walaupun satuan pendidikan sudah memulai pembelajaran tatap muka terbatas.

Pembelajaran tatap muka terbatas juga masih akan dikombinasikan dengan pembelajaran jarak jauh untuk memenuhi protokol kesehatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau