KOMPAS.com - Filantropi, gerakan untuk memperjuangkan nilai kemanusiaan, kini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perguruan tinggi. Tidak hanya itu, gerakan filantropi turut menjadi landasan dalam membangun peradaban melalui pendidikan.
"Filantropi itu adalah gagasan dasar untuk mengembangkan pendidikan. Kita tidak bisa hanya bergantung ke pemerintah, tapi juga bisa dari stakeholders lainnya yang potensinya bisa menjadi jauh lebih besar dari pemerintah," ungkap Emaridial Ulza, MA Sekretaris Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (Uhamka).
Hal ini disampaikan Emaridial Ulza dalam seminar "Filantropi, Kampus dan Masyarakat Sipil" yang digelar Uhamka bersama dengan Institut Agama Islam Negeri Kota Sungai Penuh (IAIN Kerinci (2/7/2021).
"Saat ini saja potensi dana filantropi itu 279 triliun lebih, selama ini yg berhasil dikumpulkan puluah triliun, maka ini adalah peluang," tambah Emaridial Ulza.
Dalam kesempatan tersebut, Emaridial Ulza menyampaikan beberapa konsep dasar dan fenomena filantropi yang ada di Indonesia secara umum termasuk hadirnya gerakan filantropi di perguruan tinggi dunia.
Ia menuturkan saat ini filantropi merupakan gagasan dan fondasi penting dalam berkehidupan bernegara. Bukan hanya itu, beberapa pendidikan tinggi besar seperti Harvard, MIT dan Cambridge University menjadi pelopor lahirnya gerakan filantropi.
Baca juga: Semangat Ramadhan, Emaridial Ulza: Generasi Milenial Jadi Pilar Utama Filantropi
Lebih jauh ia menyampaikan, Uhamka sudah menjalankan gerakan filantropi dengan beberapa konsep.
Misal dari dana yang didapatkan dari stakeholders dikembangkan dalam konsep usaha atau pemberdayaan sehingga nantinya uang tersebut berputar, dan bisa bermanfaat untuk mahasiswa dalam bentuk bantuan biaya kuliah.
"Bukan hanya itu saja disamping biaya kuliah kami memberikan pekerjaan untuk mereka sebagai bentuk aktualisasi diri penyiapan untuk masuk dunia kerja atau berwirausaha nantinya," jelas Emaridial Ulza.
Dengan gagasan filantropi tersebut, tambah Emaridial Ulza, mimpi Indonesia untuk semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan dapat terwujud.
"Tidak ada lagi anak bangsa yang tidak bisa kuliah karena masalah biaya. Yang ada mereka berlomba-lomba untuk fokus berprestasi sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.