KOMPAS.com - Peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi akhir-akhir ini memicu pula kenaikan kasus pada anak-anak.
Varian Delta yang cepat menginfeksi diduga menjadi faktor penyebab utamanya.
Baca juga: Ahli Gizi UGM: Susu Beruang Tak Ampuh Lawan Covid-19
Selain itu, program vaksin untuk kelompok usia di bawah 18 tahun yang belum menyentuh diduga turut menyumbang andil kasus Covid-19 pada anak-anak.
Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut kasus positif Covid-19 pada anak usia 0-18 tahun di Indonesia cukup tinggi mencapai 12,5 persen.
Untuk mencegah penularan virus pada usia anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun menyerukan agar anak-anak tetap di rumah.
Dokter Spesialis Anak RSA UGM, Ade Febriana Lestari menyatakan, selama masa pandemi Covid-19, anak harus tetap di rumah dan dipenuhi kebutuhan dasarnya.
Artinya, kebutuhan asah asih asuh harus didapatkan anak selama berada di rumah.
"Orangtua wajib menyediakan dan menyiapkan rumah sebagai tempat anak merasa nyaman, bahagia, dan menyenangkan sehingga anak tidak merasa terkungkung atau terisolasi di rumah," kata dia melansir laman UGM, Selasa (6/7/2021).
Dia mengaku, orangtua harus menyiapkan bahan pangan yang sehat dan mainan untuk bahan stimulasi yang sesuai usia anak.
Tak hanya itu, orangtua diharapkan banyak berinteraksi dengan anak untuk bisa mengajarkan budi pekerti yang baik.
Secara langsung, kata dia, orangtua bisa memberikan contoh penggunaan alat pelindung diri seperti masker, kebiasaan dan cara mencuci tangan yang benar.
Baca juga: Deteksi Covid-19 Metode Kumur, Begini Penjelasan Peneliti Undip
Hal ini perlu dilakukan karena sebenarnya anak memiliki kebiasaan meniru.
"Tunjukkan bahwa orangtua selalu konsisten menggunakan masker. Menggunakan masker untuk saat ini adalah keharusan," ucap dia.
Dia menambahkan, bila anak ada kontak erat pasien Covid-19, bahkan terkonfirmasi mengalami penularan, maka wajib bagi orangtua membawa anak ke fasilitas kesehatan terlebih dahulu, agar mendapatkan asesmen dari dokter yang tepat.
Hal itu, sebut dia, penting dilakukan, agar mengetahui apakah kondisi anak tanpa gejala, dengan gejala yang ringan, atau sedang atau berat.
"Tidak semua anak terinfeksi Covid-19 harus mondok di rumah sakit. Tanpa gejala atau gejala ringan anak bisa melakukan isolasi mandiri di rumah. Kecuali jika gejala sedang atau berat harus mendapatkan perawatan di rumah sakit," tegas dia.
Jika anak tidak harus menginap di Rumah Sakit (RS), karena kuota tempat tidur di RS terbatas, sambung dia, maka obat yang diberikan harus diminum sesuai petunjuk dokter.
Dia juga meminta, kondisi anak harus dievaluasi secara rutin, agar diketahui jika ada tanda-tanda yang membahayakan, seperti demam tinggi suhu di atas 38,5, sesak napas, lemas, malas makan dan minum, atau saturasi oksigen di bawah 95 persen.
Oleh karena itu, di rumah sebaiknya memiliki termometer dan alat pengukur saturasi oksigen.
Baca juga: Epidemiolog Undip: 3 Hal Picu Lonjakan Covid-19 Belakangan Ini
"Orangtua wajib melakukan komunikasikan terkait Covid-19 dengan dokter spesialis anak melalui fasilitas telemedicine atau kembali melakukan pemeriksaan ke RS agar mendapatkan penanganan yang tepat," tukas dia.