Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Penyakit Gerd dari Guru Besar UI

Kompas.com - 07/07/2021, 09:41 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Penyakit asam lambung (gerd) datang ketika individu mengalami stres.

Apalagi saat kondisi pandemi Covid-19 seperti ini, kondisi mereka terganggung akibat tidak bisa beraktifitas dan memiliki rasa takut akan ancaman infeksi virus Covid-19.

Baca juga: Baterai Kancing Tertelan, Ini Bahayanya Menurut Dosen Unair

Bukan hanya asam lambung saja, penyakit lainnya juga bisa menghantui masyarakat, seperti diabetes, asam urat, hipertensi, dan kolesterol.

Terkait asam lambung, menurut Dekan FK Universitas Indonesia (UI) Prof. Ari Fahrial Syam, itu berhubungan dengan pola makan dan perubahan gaya hidup di dalam masyarakat.

Berdasarkan penelitian Prof. Ari di tahun 2006, sekitar 3,78 persen penduduk di Kota Jakarta terdapat dua gejala utama terjadinya Gerd, yaitu panas dada seperti terbakar dan mulut terasa pahit.

Menurut dia, gerd dapat mengganggu pola tidur seseorang.

"Dari survei yang dilakukan di 2020, terdapat 41 persen lebih rendah proporsi pasien tanpa gangguan tidur dan 7,7 persen lebih rendah pasien mengalami gangguan tidur seharian pada bulan April-Juni dibandingkan dengan Januari-Maret," ucap dia melansir laman UI, Rabu (7/7/2021).

Selain itu, sekitar 43,5 persen pasien mengalami gangguan tidur selama 2-3 hari dan proporsi pasien dengan gangguan tidur malam selama 4-7 hari lebih tinggi pada bulan April-Juni dibandingkan dengan Januari-Maret akibat Gerd.

Dia menambahkan, sekitar 27,4 persen dari dokter yang disurveynya mengalami gerd.

Baca juga: UI Masuk 300 Besar Dunia

Hal ini berhubungan dengan faktor umur yaitu lebih dari 50 tahun, BMI lebih dari 30 kg/m2, dan perokok.

Sebagai salah satu pendiri "GerdQ", dia juga mempromosikan aplikasi canggih untuk mendeteksi gerd pada seseorang.

GerdQ merupakan sebuah aplikasi yang berisikan kuesioner yang harus dilengkapi oleh pasien dan dalam pengawasan dokter untuk identifikasi dan manajemen pasien dengan gerd.

Dia menyebut, gerd merupakan gejala yang mengganggu dan atau terjadinya komplikasi akibat dari balik arahnya isi lambung.

Dia mengaku, laki-laki yang mengalami obesitas dan merokok merupakan risiko tinggi untuk terjadinya gerd.

"Pemicu lain yang dapat menyebabkan gerd pada seseorang yaitu terlalu banyak makan daging, kurang makan ikan, dan sering makan asin," sebut Guru Besar FK UI ini.

Bahaya gerd, sambung dia, ketika asam lambung naik dapat menyebabkan gigi merasa ngilu, telinga berdengung, hidung tersumbat (pilek), suara serak, dan batuk.

Dia menambahkan, penting bagi individu untuk mengetahui penyakit asam lambung, gerd terutama selama pandemi Covid-19.

Dia mengungkapkan, pola makan yang teratur, mengontrol diri agar tidak stres, berhenti merokok, menghindari pakaian ketat, dan mengatur jam istirahat (tidur) merupakan berbagai cara agar terhindar dari gerd.

Baca juga: Pakar IPB: Takaran Terbaik Makan Sayur dan Buah untuk Lawan Covid-19

"Mari bersama kita lakukan pola hidup sehat selama stay at home pada masa pandemi agar terhindar dari penyakit gerd," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com