Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Pembelajaran Adaptif Direkomendasikan Selama PJJ, Seperti Apa?

Kompas.com - 04/08/2021, 12:14 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Kahlil Muchtar, Kepala Pusat Riset Telematika Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh merekomendasikan sistem pembelajaran adaptif sebagai solusi pembelajaran daring di masa pandemi.

“Pembelajaran adaptif menjadi metode yang sangat direkomendasikan untuk kegiatan belajar, terutama di masa pandemi," ungkap Kahlil melalui rilis resmi (4/8/2021).

Metode ini, jelas Kahlil, dirancang khusus untuk memberikan pengalaman belajar personal, sehingga setiap siswa berkesempatan mengejar ketertinggalan ataupun mengulang pelajaran agar mampu menguasai materi secara utuh, sebelum melanjutkan ke level lebih sulit.

"Tidak hanya di sekolah dan lembaga pendidikan, pendekatan pembelajaran adaptif cocok bagi siapapun, terlepas dari latar belakang, profesi, umur, dan perbedaan level pengetahuan,” ungkap Kahlil.

Ia menyampaikan, tantangan utama terjadi selama PJJ adalah guru dan staf pengajar yang kesulitan memantau performa murid satu per satu secara mendalam.

Tidak seperti di ruang kelas, komunikasi terjadi di platform virtual sangat terbatas dan mayoritas berjalan satu arah, sehingga guru memiliki keterbatasan untuk memberikan materi pelajaran yang berbeda-beda sesuai kemampuan para siswa.

Hal ini dapat mengakibatkan kesenjangan pendidikan (learning gap) di Indonesia semakin tinggi. Prediksi World Bank pada Agustus 2020, sebanyak 91.000 siswa di Indonesia memiliki kemungkinan untuk putus sekolah akibat tantangan ekonomi selama pandemi.

World Bank juga memprediksi bahwa skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia akan semakin memburuk. Padahal pada tahun 2018, Indonesia sudah berada di ranking ke-72 dari 78 negara untuk bidang matematika.

Baca juga: Hasil Belajar Siswa di Bukittinggi Meningkat Selama PJJ, Ini Alasannya

Pembelajaran adaptif atasi kesenjangan

Untuk mengatasi masalah ini, tenaga ahli di bidang pendidikan percaya bahwa sistem pembelajaran adaptif (adaptive learning) akan berperan penting untuk mengatasi kesenjangan pendidikan atau learning gap di Indonesia.

Metode berbasis teknologi digital ini memungkinkan materi pelajaran dipersonalisasi atau dirancang khusus sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa, sehingga mereka bisa belajar sesuai dengan tingkatan pemahaman dan pengetahuan mereka masing-masing.

Menurut Kahlil, potensi penerapan sistem pembelajaran adaptif di Indonesia masih terbuka luas, karena masih banyak cabang-cabang ilmu turunan dalam kecerdasan buatan (AI) yang dapat dieksplorasi lebih jauh.

“Penggunaan teknologi AI di platform edukasi teknologi sudah selayaknya menjadi hal yang imperatif, di mana setiap pengguna berhak mendapatkan pengalaman belajar yang dapat dipersonalisasi bukan lagi dipaksakan untuk memiliki pemahaman yang seragam," jelas Kahlil.

Ke depannya, potensi pemanfaatan teknologi AI bukan hanya bisa dinikmati oleh siswa, tapi juga oleh pengajar dan para guru.

"Platform edukasi teknologi yang memanfaatkan model pendekatan berbasis adaptive learning memungkinkan guru mendapatkan insight mengenai sejauh apa pemahaman para pengguna/siswanya untuk merancang kurikulum yang lebih efektif dan tepat guna,” jelas Kahlil.

Baca juga: 10 Tips dan Trik Zoom Meeting yang Perlu Diketahui Siswa untuk PJJ

ZenCore dan ZenBot

Dalam kesempatan sama Sabda PS, Founder dan Chief Education Officer Zenius menyampaikan, Zenius menjadi edtech pertama di sektor K12 yang mengadopsi metode pembelajaran adaptif sejak awal Juli lalu melalui fitur terbarunya, ZenCore.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com