KOMPAS.com - Pfizer Biotech Fellowship, program fellowship dan beasiswa yang diinisiasi Pfizer Indonesia bersama Tenggara Strategics untuk mahasiswa-mahasiswa bioteknologi kesehatan di Indonesia memasuki babak baru.
Para juri kini telah memilih 10 gagasan terbaik dari para peserta mahasiswa S1 dan S2 yang akan melaju ke tahap berikutnya.
Kesepuluh gagasan tersebut berupaya memberikan solusi terhadap isu-isu terhangat di industri bioteknologi saat ini, di antaranya terkait sistem ketanggapan dini terhadap beberapa jenis penyakit, eksplorasi peran Indonesia dalam rantai pasok global, dan pencegahan bioterorisme.
Baca juga: Beasiswa Baznas 2021 bagi Mahasiswa S1-S3, Bantuan hingga Rp 10 Juta
Peneliti Senior dan Guru Besar Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dan perwakilan reviewer Pfizer Biotech Fellowship, Amarila Malik mengatakan bahwa menyaksikan secara langsung bagaimana para pemikir-pemikir muda menyampaikan gagasan-gagasan cemerlang sungguh membesarkan hati dan optimisme.
"Tentu juga bagi pelaku industri, terhadap masa depan industri bioteknologi di Indonesia. Saya yakin melalui pengayaan materi dan penajaman gagasan yang para peserta program dapatkan dari program fellowship ini, maka ke depannya ide-ide tersebut akan dapat diwujudkan dan memberikan dampak nyata bagi perkembangan industri, yang tentu saja dengan melibatkan dukungan nyata dari Pemerintah," ujar dia dalam siaran pers, Senin (4/10/2021).
Berdasar urutan abjad, berikut merupakan daftar sepuluh gagasan terbaik yang akan ditandingkan kembali di babak selanjutnya dalam kategori Undergraduate Competition:
1. Contract Development and Manufacture Organization Sebagai Strategi dalam Membangun Kemampuan Bioteknologi Medis Indonesia, karya Tim We-rNA (Alvian Christian, Musa Djuan Alvindja, dan Novanka dari Universitas Pelita Harapan).
Baca juga: Mahasiswa Dapat Rp 9 Juta Per Semester, Ini Cara Daftar KJMU Tahap II 2021
2. Ekosistem Kebijakan Biodefense: Cegah Bahaya Bioterorisme 2022, karya Tim Alatur (Stanley Christy Satriya Jati Karundeng, Verrent Vanessa, dan Audrey Belinda dari Universitas Surabaya).
3. Indonesian Vaccine Designer Academy (IVDA): Suatu Oasis dalam Mendukung Program Percepatan Kemandirian Vaksin Nasional, karya Tim Ext-Men (Fadhil Ammar, Ahmad Yafi, dan Roni Kurniawan dari Universitas Teknologi Sumbawa).
4. Pembangunan Labspace untuk Mendukung Perkembangan Bioteknologi Medis di Indonesia, karya Tim Humboldt (Devina Checylia Setiawan, Velecia Salim, dan Wenny Novella dari Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L)).
5. Pencegahan dan Pengobatan Thalasemia Beta Mayor di Indonesia dengan Menggunakan Bioteknologi, karya Tim Zipyourgenes (Vania Austine Callista Timotius, Christa Anggelia Sulistio, dan Nathania Calista Putri dari Universitas Pelita Harapan).
6. Pengembangan Non-Invasive Prenatal Testing (NIPT) Berdasarkan Uji Metilasi pada Cell-Free Fetal DNA untuk Pencegahan Perkembangan Diabetes di Indonesia, karya Tim Reverie (Tassya Prajna Paramita Riansyah, Aurelia Christabella Wincent Oey, dan Tiffany Evelyn Angki dari Universitas Surabaya).
7. Rantai Pasok Global NIPT-Based Deteksi Dini Diabetes dan Implikasinya untuk BPJS dalam Jangka Panjang, karya Tim DIAMED (Ivy Erinia, Celine Imanuel Hermanto, dan Fransisca Aurelia Rahmad dari Universitas Surabaya).
Baca juga: Bank BCA Buka 9 Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2
8. Sistem Ketanggapan Dini yang Smart dan Terintegrasi untuk Menghadapi Outbreak di Indonesia, karya Tim PEDeS (Enjelia Febriani, Jonathan Suciono Purnomo, dan Regina Arissaputri dari Universitas Pelita Harapan).
9. Strategi Imperatif untuk Mengembangkan Kapabilitas Bioteknologi Kesehatan di Indonesia: Sebuah Studi Komparatif dengan Korea Selatan, karya Tim THE RISING BIOT3CH (Clara Ayu Widjojo, Hennie, dan Jesslyn Audrey Virginia dari Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L)).
10. Tiga Kunci Imperatif Sebagai Pondasi Eksplorasi Bahan Baku Bioteknologi Medis di Indonesia: Penelitian dan Pengembangan, Infrastruktur, dan Komersialisasi, karya Tim UNLOCKED (Deby Cyntia Chandra, Jessica Renata Wijaya Tumboimbela, dan Reza Hanun Alyaa dari Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L)).
Sepuluh besar Pfizer Biotech Fellowship kategori mahasiswa S1 tersebut akan beradu dan diseleksi kembali menjadi 5 tim finalis.
Selain itu, 10 tim dengan gagasan terbaik dari kategori S1 juga akan mengikuti rangkaian pelatihan dan pembekalan daring untuk mempertajam pemikiran mereka.
Pelatihan daring yang akan dimulai pada tanggal 7-21 Oktober 2021 ini akan dibimbing pakar dan peneliti level nasional dan internasional.
Termasuk di antaranya para pakar dari Kjeldgaard LLC dan Multi-Regional Clinical Trial (MRCT) Center of Brigham and Women’s Hospital and Harvard yang akan membagikan pengetahuan mengenai kekayaan intelektual dan inovasi bioteknologi kesehatan.
Baca juga: Beasiswa S2 University of Cambridge 2022, Tunjangan Rp 351 Juta Per Tahun
Sementara itu, untuk kategori mahasiswa S2, mayoritas peserta mengajukan proposal penelitian dengan tema seputar akses yang lebih luas terhadap terapi inovatif dan terobosan pengobatan dalam bioteknologi kesehatan.
Berdasarkan abjad, berikut daftar lengkap peserta kategori mahasiswa S2 yang lolos ke tahap berikutnya:
1. Alfandy Hermansyah dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
2. Bramadi Arya dari Universitas Gadjah Mada.
3. Denny Nyotohadi dari Universitas Surabaya.
4. Fauziah Novita Putri Rifai dari Universitas Gadjah Mada.
5. Indriana Pratiwi dari Universitas Gadjah Mada.
6. Leny Yulia Widia Sari dari Universitas Jember.
7. Natasha Felicia Karnadi dari Universitas Surabaya.
8. Nurina Indirayati dari Universitas Gadjah Mada.
9. Nurul Istinaroh dari Universitas Jember.
10. Rizka Ayu Febriani dari Universitas Jember.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.