Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Alumnus IPB Sukses Berbisnis sejak Kuliah hingga Bangun Startup

Kompas.com - 11/10/2021, 17:00 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Dua alumni muda IPB University, Dihqon Nadaamist (CEO Cleansheet) dan Bayu Mukti Anggara (CEO FishLog), berbagi cerita bagaimana mereka bisa berbisnis bahkan sejak masa kuliah hingga bisa membangun startup.

Keduanya berbagi cerita dalam press tour "Berselancar Menengok Bisnis Alumni Muda IPB University" yang digelar dalam bentuk virtual, beberapa waktu lalu.

Dihqon Nadaamist, alumni Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University, merupakan pendiri Cleansheet, jasa kebersihan berbasis technopreneurship.

Dihqon mengatakan, hingga akhirnya ia membangun Cleansheet yang merupakan startup jasa kebersihan kekinian, dirinya sudah memulai usaha sejak masih duduk di bangku kuliah.

Baca juga: 11 Ide Bisnis untuk Mahasiswa, Tambah Uang Saku hingga Pengalaman

"Cleansheet adalah startup jasa kebersihan kekinian. Saya alumni mahasiswa Bidikmisi. Selama menjadi mahasiswa, untuk menutup kekurangan dana selama kuliah, saya melakukan beberapa bisnis. Bisnis batik (2016), makanan minuman (2017), konveksi (2018), Bantudesa.id (2018), hingga Jek Tour, jasa jalan-jalan untuk mahasiswa galau atau stres (2018)," jelasnya seperti tertulis di laman IPB.

Sampai akhirnya Dihqon fokus ke usaha Cleansheet saat dirinya menawarkan jasanya kepada salah satu dosen IPB University.

"Saat itu uang beasiswa Bidikmisi saya belum cair-cair, saya lalu putar otak. Saya kemudian menawarkan diri untuk membantu membersihkan rumah salah satu dosen. Saya melihat bahwa dosen-dosen ini karena kesibukannya, tidak punya banyak waktu untuk membersihkan rumah. Dari situ, terpikir ide untuk membangun Cleansheet,” tuturnya.

Tak hanya untuk dirinya, Dihqon juga peduli dengan teman-temannya sesama mahasiswa yang juga butuh tambahan biaya hidup.

"Di sisi lain, banyak mahasiswa yang seperti saya yang membutuhkan bantuan biaya tambahan untuk kuliah maupun ikut organisasi. Dengan Cleansheet, ada lapangan kerja untuk mereka atau anak muda lainnya," paparnya.

Baca juga: Unpad Gelar Virtual Job Fair Oktober 2021 untuk Umum, Siapkan CV

Bahkan, lanjut dia, selain itu Cleansheet juga punya misi lain yakni ingin membantu mengurangi jumlah anak yang putus sekolah maupun membantu mahasiswa yang butuh bantuan.

"Kami punya paket one home one hope. Satu rumah yang dibersihkan dapat menyelamatkan satu anak yang putus sekolah. Selain itu kami juga mendirikan Yayasan Cleasnsheet Foundation,” jelasnya.

Cleansheet yang dulunya hanya beroperasi di sekitar Kampus IPB University, imbuhnya, kini sudah merambah ke Jabodetabek. Sudah ada lima cabang yang tersebar di Bogor, Tangerang Selatan, Citra Indah City, Bekasi, Jakarta dan Tangerang.

“Mahasiswa yang bergabung juga tidak hanya mahasiswa IPB University, tapi ada mahasiswa dari perguruan tinggi lain yang ingin bergabung,” tambahnya. Dari Cleansheet ini juga Dihqon merasakan manfaat lain. Ia merasa kemampuan komunikasinya menjadi semakin baik karena sering bertemu pelanggan.

“Saya dulu pendiam. Alhamdulillah dengan adanya Cleansheet, saya merasakan perubahan yang luar biasa. Saya jadi bisa komunikasi dengan banyak orang, terutama dengan pelanggan. Saya juga merasakan bahwa pendidikan itu mampu mengubah perilaku saya dan masa depan saya,” ujarnya.

Baca juga: Beasiswa S2 Jepang 2022, Kuliah Gratis dan Tunjangan Rp 18 Juta Per Bulan

Sementara itu, Bayu Mukti Anggara dengan usaha FishLog memiliki cita-cita ingin membangun Bulog Perikanan.

"FishLog adalah perusahaan supply chain di bidang perikanan. Tapi kami mengambil bagian post harvest, jadi penanganan pasca panen untuk komoditas-komoditas perikanan. Kita ingin membuka jaringan perikanan agar bisa diakses semuanya (nelayan maupun industri),” jelasnya.

Bayu bercerita, ia dan tiga pendiri FishLog lainnya, banyak belajar dari mentor sehingga ia membangun FishLog ini secara startup.

“Indonesia punya sekitar Rp 300 triliun potensi ikan yang bisa kita serap. Namun kita hanya bisa menyerap paling tidak 60 persen saja. Jadi sekitar Rp 100 triliun itu hilang selama rantai pasok. Kendala paling utama adalah di processing dan packaging. Karena di setiap rantai pasok, kualitas ikan mengalami penurunan mutu. Itu yang membuat rantai pasok kita tidak efisien,” tuturnya.

Baca juga: Yakult Buka Lowongan Kerja bagi Lulusan SMA-SMK dan D3

FishLog, imbuh dia, berusaha mengatasi masalah itu dengan membuat rantai pasok yang efisien dan bisa lebih bermanfaat bagi semua stakeholder. Kini FishLog sudah menjalin kerja sama dengan lebih dari 25 gudang pendingin di wilayah pesisir dari Aceh hingga Papua.

“Kami mempekerjakan 200 lebih pegawai dengan 80 persennya perempuan. Kami mendistribusikan lebih dari 200 ton ikan per bulan,” ujar alumni Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com